VARIASI LINTAS BUDAYA DALAM PERILAKU KONSUMEN

PENDAHULUAN

FedEx yang merupakan salah satu perusahaan ekspedisi cepat didunia hampir tidak diketahui di amerika latin dan karibia yang notabene sebagai wilayahnya. Untuk itu, maka FedEx membuat suatu jenis pengiriman dalam jumlah kecil dan menengah dengan membuat suatu iklan yang didalamnya berisikan tidak lebih dari tiga atau empat versi layaknya di Inggris dan Portugal. Hal ini dilakukan dengan melihat budaya dan bahasa pada wilayah yang akan diluncurkan produk tersebut yakni spanyol.

Iklan yang dikomersialkan tersebut berisikan mengenai bagaimana seorang manajer perlengkapan sebuah tim sepakbola dalam wilayah tersebut khawatir dengan lima kotak seragam yang akan dikirimnya. Dan seorang pria tua meyakinkannya bahwa pengiriman tersebut akan berjalan lancar jika ia mengirmkannya lewat FedEx. Pada tampilan selanjutnya diperlihatkan bagaimana para pemain dengan tidak berseragam menahan tendangan hukuman dari pihak lawan (di negara Mexico, adegan tanpa seragam ini dibatasi dengan memakai pakaian dalam). Pada iklan ini diberikan suatu label yakni: ” Let FedEx take the load off Your Shoulder (biarkan FedEx meringankan beban anda)”.

Karine Skobinsky sebagai Manajer Divisi Keseluruhan Periklanan dari FedEx bagian Amerika Latin dan Karibia menyatakan bahwa mereka mengambil tema ini dikarenakan karena mereka ingin menghubungkannya dengan target yang diinginkan. Dan sepakbola merupakan hiburan nasional di amerika latin. Dalam iklan tersebut menggambarkan kondisi realistis dari kedudukan konsumen yang mana pada akhir iklan tersebut ditambah gulungan untuk menjadikannya sebagai suatu hal yang dapat mengikat dan dapat diingat. Dan mereka menyampaikannya melalui humor Sebagai suatu bentuk suara dalam kaitannya dengan produk mereka. Karena hal ini bukan saja mengingat iklan tersebut, melainkan juga dapat mengulang pesan, cerita, dan siapa yang mensponsorinya”, tambahnya.

Kondisi diatas menggambarkan bagaimana FedEx memahami dan menyesuaikan pada budaya yang berbeda dalam demografi, bahasa, komunikasi nonverbal serta nilai. Tetapi pada dasarnya bukan hanya itu saja, melainkan juga bagaimana perubahan aspek budaya didalamnya.

Dimana bukan saja bagaimana memilih gaya hidup, melainkan juga apa yang menjadi nilai (dinilai), dan bagaimana berfikir serta merasakannya.

Kemudian, eksport besar-besaran dan periklanan multinasional dari barang-barang konsumen terutama barang-barang ringan seperti rokok, minuman ringan, pakaian dan peralatan olah raga, baik juga pada barang-barang eksperensial seperti musik, film, dan program televisi, mempunyai pengaruh yang kuat pada budaya dan hasrat gaya hidup negara-negara yang di import. Seringkali produk-produk ini diadaptasi pada budaya lokal dan diberikan suatu asumsi pengertian dan pada akhirnya digunakan, dimana hal ini sangat memperkaya budaya dan kehidupan dari anggota tersebut. Bentuk ini dapat dilihat pada tradisi Hallowen dinegara asalnya Irlandia yang juga dirayakan oleh Negara-negara lain.

Tetapi hal impor juga bisa menjadi suatu kontroversional seperti halnya pelarangan perayaan valentine di India, pembatasan produk dari Amerika oleh negara Eropa dan budaya Islam dengan alasan politik serta barang-barang yang menurut negara setempat dibatasi penggunaannya karena berbahaya seperti konsumsi rokok.

Jadi secara garis besarnya, keuntungan ekspor dan produk yang mempengaruhi nilai budaya lainnya serta isu layak tidaknya ekspor barang berbahaya terkait dalam pemasaran internasional.

ISI DAN PEMBAHASAN

Konsep Budaya

Budaya merupakan kompleks keseluruhan dimana dimasukkannya pengetahuan, keyakinan, seni, hukum, moral, adat-istiadat, dan kemampuan lain apapun serta kebiasaan yang diperoleh oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Beberapa aspek dari perlunya perluasan budaya.

1. Pertama, budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal (luas). Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar atau seks, hal tersebut berpengaruh jika, kapan, dan bagaimana dorongan ini akan memberi kepuasan.

2. Kedua, budaya adalah hal yang diperoleh. Ia nya tidak dimasukkan mewarisi respon dan kecenderungan. Bagaimanapun, semenjak perilaku manusia dari perilaku.

3. Ketiga, kerumitan dari masyarakat modern merupakan kesungguhan dimana budaya jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.

Budaya terutama dijalankan oleh keadaan yang batasannya cukup bebas pada perilaku individu dan oleh pengaruh fungsinya dari institusi seperti keluarga dan media massa.

Kemudian, budaya memberikan kerangka dalam yang mana individu dan rumah tanga gaya hidup menyusun. Batasan dimana perangkat budaya dalam perilaku disebut norma, yang merupakan aturan sederhana dimana menentukan atau melarang beberapa perilaku dalam situasi yang spesifik.

Norma dijalankan dari nilai budaya. Dimana nilai budaya adalah kepercayaan yang dipertahankan dimana menguatkan apa yang diinginkan. Pelanggaran dari norma budaya berakhir dengan sangsi yang merupakan hukuman dari pencelaan sosial yang ringan untuk dibuang dari kelompok.

Variasi Dalam Nilai Budaya

Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan kedalam tiga kategori umum:

1. Orientasi nilai-lainnya

Merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran.

Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya yang individualistik.

Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.

a. Individual/kolektif

Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi. Seperti contoh, konsumen dari negara yang lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti “be your self” dan “stand out”, mungkin lebih efektif di negara Amerika tapi secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina.

b. Usia muda/tua

Dalam hal ini apakah dalam budaya pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan dibandingkan dengan orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata lain adalah melihat faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Seperti contoh di negara Kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan anak mereka dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para orang tua di Amerika yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga memiliki lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan “kaisar kecil” bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi. Dengan kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya melainkan juga pada budaya didalamnya.

c. Luas/batasan keluarga

Yang dimaksud disini adalah bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan penting bagi anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua) memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Atau malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwasanya pengaruh pembelian oleh orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak. Seperti contoh pada beberapa budaya:

“Di Meksiko, sama halnya dengan Amerika, peran orang dewasa sangat berpengaruh. Para orang tua lebih memiliki kecenderungan dalam mengambil keputusan dalam membeli.”

“Para orang dewasa muda di Thailand hidup sendiri diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi ketergantungan dalam membeli masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga mereka.”

“Lain halnya di India, sesuatu hal yang akan dibeli diputuskan bersama-sama dalam satu keluarga (diskusi keluarga).”

d. Maskulin/feminisme

Pada dasarnya kita hidup dalam orientasi dunia maskulin, disamping negara Eropa Barat yang menerapkan kesetaraan didalamnya. Tetapi hal tersebut tidak menjadi suatu pengaruh besar. Seperti contoh pada negara Jepang, yang mana pada saat sekarang ini para wanita kembali bekerja setelah ia menikah. Hal ini menjadikan mereka lebih menghemat waktu terhadap kerjaannya. Misalnya, dalam memilih makanan, mereka lebih cenderung untuk membeli makanan beku untuk dibawa anak mereka ketimbang membeli makanan segar yang dalam membeli serta menyajikannya membuang waktu mereka. Sisi lainnya adalah penampilan menjadi prioritas mereka dalam bekerja. Untuk itu barang-barang yang berhubungan dengan penampilan tersebut lebih menjadi suatu kebutuhan bagi mereka.Disini sekali lagi para pemasar bukan hanya melihat dari lintas budaya dan nilainya saja, melainkan juga didalam budaya itu sendiri.

e. Persaingan/Kerjasama

Yang dimaksud disini adalah bagaimana orientasi baik itu maskulin maupun feminisme dalam keterbukaannya pada konsumen. Pada orientasi maskulin seperti di Amerika, keterbukaan menjadi suatu hal yang harus terpelihara. Lain halnya Jepang yang berorientasi feminim, nereka menganggap bahwa keterbukaan sama halnya dengan “kehilangan muka”. Variasi dari nilai ini bisa dilihat dari perbedaan reaksi budaya pada iklan yang dibandingkan. Seperti contoh Amerika Serikat yang membesarkan hati mereka ketika mereka menggunakannya didalam budaya lain yang bisa dengan mudahnya mendapatkan reaksi yang tidak baik. Disisi lainnya, Jepang yang memiliki kolektifitas yang lebih menurut sejarahnya menemukan perbandingan iklan menjadi sesuatu yang tidak disukai, meskipun demikian Pepsi menemukan anak muda Jepang sedikit lebih mau menerima jika pembandingan dilakukan dalam keterus-terangan dan cara yang lucu.Sebagai aturannya, perbandingan iklan dapat digunakan dengan ketelitian dan hanya sungguh-sungguh telah teruji.

f. Perbedaan/keseragaman

Budaya dengan nilai yang berbeda tidak hanya akan menerima aturan yang bergai macam dari perilaku pribadi dan sikap tapi juga menerima variasi dalam bentuk makanan, pakaian, dan produk lain serta pelayanannya. Dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki keseragaman nilai, dimana mereka tidak menyukai serta menerima bermacam aturan dari rasa dan produk pilihan.

Jepang dan budaya kolektif lainnya cenderung untuk meletakkan nilai yang kuat dalam keseragaman dan kesesuaian, sebaliknya budaya individualistik yang lebih seperti Kanada dan Belanda cenderung pada nilai perbedaan. Ketika banyak aspek penting dari budaya ini dibuat oleh perbedaan dalam nilai, satu yang nyata dengan relative ketiadaannya turis yang berlatar “etnis” di restoran-restoran Jepang dibandingkan dengan Kanada dan Belanda. Walaupun demikian, perubahan ekonomi dan sosial yang digerakkan oleh usia muda pada masyarakat kolektifis, membuat perbedaan lebih diterima dibandingkan dengan hal tradisional yang dijumpai, dan juga jika kecenderungan dari tingkatan yang mutlak lebih rendah dibandingkan dengan sisi individualistik mereka.

2. Orientasi nilai-lingkungan

Yakni menentukan hubungan masyarakat dengan ekonomi, teknis, dan lingkungan fisik nya. Contoh dari nilai lingkungan seperti kebersihan, dayaguna/keadaan, tradisi/perubahan, pengambilan risiko/pengamanan, pemecahan masalah/fatalistis, dan sifat dasar (alam).

a. Kebersihan

Ketika adanya perbedaan dalam meletakkan nilai kebersihan diantara budaya ekonomi berkembang, ada perbedaan yang sangat luas diantara budaya ini dengan banyak budaya negara kurang berkembang. Di banyak negara miskin, kebersihan dinilai tidak pada tingkatan yang cukup untuk menghasilkan lingkungan yang sehat. Hal ini dapat dilihat pada negara Cina dan India, dimana kebersihan menjadi Sesutu yang begitu mengkhawatirkan. Ketika hal tersebut menjadi dampak bagi budaya lokal, McDonald’s mendapat penghargaan dengan memeperkenalkan pengolahan makanan yang higienis dan toilet beberapa pasar Asia Timur termasuk Cina.

b. Dayaguna/keadaan

Dayaguna/keadaan lebih dekat hubungannya pada konsep jarak kekuasaan, dimana menghubungkan pada derajat dimana orang menerima ketidak sama rataan dalam kekuasaan, otoritas, status, dan kekayaan sebagai kelaziman atau yang melekat dalam masyarakat. Konsumen di negara dengan jarak kekuasaan yang tinggi akan lebih suka untuk melihat opini dari orang lain dalam membuat keputusan. Masyarakat dengan orientasi status lebih suka pada “kualitas” atau nama merk yang terkenal dan barang yang harganya mahal untuk menyamakan fungsi barang dengan merk yang tidak terkenal atau harga yang murah. Dimana konsumen ditarik oleh rasa gengsi dari merk yang terkenal.

c. Tradisi/perubahan

Berbeda pada Amerika, konsumen pada tradisi Korea dan Cina kurang nyaman dengan situasi baru atau cara pemikiran baru. Nilai ini direfleksikan dalam iklan mereka dimana berbeda pada iklan di Amerika, dimana di Inggris dan Cina menekankan tradisi dan sejarah. Untuk target pada kerangka berpikir penonton melalui televisi, daya tarik budaya lebih digunakan. Dalam target majalah pada orang-orang muda Cina, daya tarik modern yang difokuskan pada teknologi, mode, dan kesenangan lebih banyak digunakan.

d. Pengambilan resiko/pengamanan

Nilai ini berhubungan pada toleransi bagi ambuitas dan menghindari ketidaktentuan. Ia nya memiliki pengaruh yang kuat dalam hubangan usaha dan perkembangan ekonomi sebagai penerimaan produk baru. Masyarakat dimana tidak mengagumi adanya pengambilan resiko, tidak suka pada pengembangan hubungan usaha yang cukup untuk mencapai perubahan dan pertumbuhan ekonomi. Produk baru yang diperkenalkan, saluran baru dari pendistribusian, dan tema iklan adalh hal yang mempengaruhi nilai ini.

e. Pemecahan masalah/fatalistis

Di Karibia, kesulitan atau hal yang tidak dapat dikendalikan selalu dihilangkan dengan ekspresi “tidak masalah”. Ini biasanya berarti: “ada suatu masalah, tapi kita tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap hal tersebut-jadi jangan khawatir!”. Di Eropa Barat dan Amerika cenderung kearah untuk menyurutkan akhir pemecahan masalah dari rangkaian kesatuannya. Sedangkan Meksiko dan negara timur tengah menyurutkan kearah akhir yang fatal. Hal ini ditunjukkan pada mengurangi dugaan konsumen atas kualitas dan mengurangi kemungkinan dimana konsumen membuat keluhan secara resmi ketika berhadapan dengan pembelian yang tidak memuaskan.

f. Alam

Yang dimaksud disini adalah bagaimana negara-negara yang memproduksi atau mengimpor suatu produk meletakkan nilai tinggi dalam lingkungan. Seperti negara Inggris yang memiliki gagasan dalam pengurangan emisi. Dalam peluncuran produknya, mereka lebih menekankan kendaraan yang memiliki emisi rendah.

3. Orientasi Nilai Diri

Yakni merefleksikan tujuan dan pendekatan pada hidup dimana anggota individu dari masyarakat menemukan apa yang diinginkan. Disini termasuk aktif/pasif, kepuasan sensual/pantangan, material/non material, kerja keras/santai, penundaan kepuasan/kesegeraan kepuasan, dan keberagamaan/keduniawian.

a. Aktif/Pasif

Kecenderungan dalam beraktifitas akan mempengaruhi pemasaran dalam suatu produk. Misalnya tema olahraga bagi kemasan botol tidak begitu cocok di negara seperti Jepang, dimana dua dari tiga pria dan tiga dari empat wanita berolahraga kurang dari dua kali dalam setahun.

b. Kepuasan sensual/pemantangan

Yang dimaksud disini adalah apakah suatu negara menggunakan daya tarik seks/sensualitas atau apakah memberikan pembatasan pada iklan yang dibuatnya terhadap sensualitas. Pembatasan terhadap iklan dengan kesederhanaan lebih terlihat di negara Arab Saudi atau negara-negara timur tengah. Ini dikarenakan budaya Islam yang sangat konservatif dalam nilai ini.

c. Material/non material

Ada dua tipe dari materialisme. Intrumen materialism adalah barang yang diperoleh yang mana memungkinkan untuk dilakukannya sesuatu hal. Terminal materialism adalah barang yang diperoleh untuk kepentingan dari apa yang dimiliki oleh benda itu sendiri. Seni secara umum diperoleh dari kesenangan pada apa yang dimilikinya daripada sebagai harta untuk tujuan lain.

d. Kerja keras/santai

Dalam hal ini, seorang pemasar harus melihat apakah dalam suatu negara memiliki lebih nilai kerja dalam aktivitasnya dibandingkan dengan waktu luang/santai atau sebaliknya. Dengan kata lain, nilai ini mempunyai konsistensi bagi gaya hidup dan tuntutan untuk aktivitas luang/santai.

e. Penundaan kepuasan/kesegeraan kepuasan

Orientasi jangka pendek dan orientasi jangka panjang mempunyai implikasi pada strategi bisnis serta usaha untuk mendorong menabung, dan juga pada penggunaan kredit. Seperti contoh, nilai tujuan bisnis dalam budaya jangka pendek cenderung untuk dimasukkan kedalam “keuntungan tahun ini” ketika kemudian dalam budaya jangka panjang dimasukkan kedalam “keuntungan 10 tahun dari sekarang”. Dengan kata lain, menggunakan kredit merupakan suatu penurunan dalam budaya jangka panjang dimana tunai dan kartu debit lebih lazim digunakan.

f. Religi/sekuler atau duniawi

Amerika Serikat relatif sekuler. Banyak budaya Islam dan juga beberapa budaya katholik lebih banyak berorientasi pada religi. Perbandingannya, religi bermain dengan peran yang sangat sedikit dalam budaya Cina. Bagaimanapun juga, Cina memili aktivitas religi didalamnya. Secara garis besarnya pengertian yang luas dan dan tipe dari yang berhubungan dengan pengaruh religi dalam budaya pada dasarnya untuk tujuan efektif semua elemen pada campuran pemasaran.

KESIMPULAN

Dari hal diatas dapat disimpulkan, menurut penelitian menghubungkan web sites pada negara spesifik adalah kritik pada pemasaran online karena variasi budaya dalam dimensi web site dapat mengendalikan pembelian dan ketetapan. Internet salah satunya dimana kita dapat berkomunikasidengan tepat.
Apa implikasi etis dari pemasaran produk ini di negara ini?
Semua program pemasaran sebaiknya dievaluasi dalam keetisan sebagai dimensi keuangan. Aktivitas pemasaran internasional mengangkat banyak isu etis. Dimensi etis adalah fakta penting dan kompleks dalam pemasaran pada dunia ketiga dan pengembangan negara. Kesimpulannya adalah implikasi yang didapat berasal dari evaluasi yang dibuat pada program pemasarannya.

DAFTAR PUSTAKA

James F. Engel, Rogers D. Blackwell, Paul W. Miniard. Perilaku Konsumen. 1994. Binarupa Aksara: Jakarta.

John C. Mowen, Michael Minor, Consumer Behavior fifth edition. 1998. Prentice- hall: Upper Saddle River, New Jersey.

J. Paul Peter dan C. Olson. Consumer Behavior & Marketing Strategy. 1999. McGraw Hill: USA.

Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran jilid I. 2003. Prentice Hall: Jakarta.

Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran jilid II. 2003. Prentice Hall: Jakarta.

Leon G. Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk. Perilaku Konsumen. 2004. PT Indeks Kelompok Gramedia: Jakarta.

Peter, J. Paul and Jerry C.Olson. 2000. Consumen Behavior : Perilaku Konsumen dan Strategi Perusahaanan. Jilid 1,2. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rangkuti, Freddy. 1997. Riset Perusahaanan. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Rewaldt, dkk. 1991. Stategi Promosi Pemasaran. Rineka Cipta. Jakarta

Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Perusahaanan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Comments

Popular posts from this blog

TEORI KOMUNIKASI MODEL SHANNON DAN WEAVER

PEMBIDANGAN HUKUM BESERTA CONTOHNYA

Contoh Makalah Disorganisasi Keluarga (Perceraian)