MAKALAH PERENCANAAN MEDIA PERIKLANAN



KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perencanaan Media Iklan TV Sampoerna A Mild” tepat pada waktunya. Makalah ini penulis susun sebagai salah satu syarat keikut sertaan Ujian Tengah Semester mata kuliah Media Planner.

Diharapkan tulisan ini bermanfaat untuk menambah informasi para pembaca mengenai perencanaan apa saja yang dilakukan untuk memasarkan produk di televisi sehingga produk tersebut bisa menjadi Market leader di pasar dan dikenal oleh masyarakat luas.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis akan dengan senang hati menerima segala bentuk masukan dari berbagai pihak untuk penyempurnaan makalah ini. Pada akhirnya semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Definisi Perencanaan Media

Perencanaan media merupakan kegiatan yang sangat penting dalam periklanan dan promosi. Sering kali terjadi iklan dan promosi menjadi kegiatan penghamburan dana namun tidak memberikan hasil yang diharapkan.

Perencanaan media yang dipersiapkan secara baik akan menghasilkan komunikasi yang efektif sehingga pesan yang disampaikan akan mendapat perhatian lebih besar dari audiens sasaran. Bagian ini akan menjawab pertanyaan seperti jenis media apa yang akan dipilih, seberapa sering suatu iklan harus muncul disuatu media, dan seterusnya.

Dalam hal ini, jenis produk ( barang atau jasa ) yang diiklankan mempengaruhi pengaruh media. Jenis produk tertentu adakalanya lebih cocok diiklankan melalui media televisi namun produk lainnya lebih sesuai jika menggunakan media cetak atau lainnya.

Menurut Georgen dan Michael Belch (2001), perencaan media ( media planning ) adalah the series of decision involved in delivering the promotional messange to the prospective and or of the product or brand (serangkaian keputusan yang terlibat dalam menyampaikan pesan promosi kepada calon pembeli dan atau pengguna produk atau merek). Dengan demikian, menurut definisi tersebut perencanaan media adalah suatu proses untuk mengambil sejumlah keputusan. Sebelum membuat perencanaan media maka diperlukan terlebih dahulu perencanaan tujuan media, maka diperlukan tujuan media ( media objectives) dan strategi media (rencana tindakan) yang spesifik untuk dirancang mencapai tujuan tersebut. Jika tujuan dan strategi media telah dirumuskan, maka informasi ini dapat digunakan dalam perencaan media.

Khusus dalam bidang periklanan, perencanan akan membantu mengarahkan kegiatan sehingga diperoleh efisiensi dan efektifitas yang diharapkan. Perencanaan periklanan juga dapat menjadi pengarah akan tindakan yang dilakukan, karena dalam perencanaan telah ditentukan langkah-langkah yang akan dilakukan.

Perencanaan media yang dipersiapkan dengan baik akan menghasilkan komunikasi yang efektif sehingga pesan yang disampaikan akan mendapat perhatian besar dari target audiens. Jenis produk yang diiklankan juga mempengaruhi pemilihan media. Produk tertentu lebih cocok diiklankan melalui televisi namun produk lainnya lebih sesuai jika menggunakan media cetak atau media jasa lainnya.

Proses perencanaan media bukanlah suatu hal yang mudah, karena dalam hal tersebut terdapat sejumlah pemilihan media, seperti televisi, surat kabar, radio, majalah dan termasuk media ruang seperti poster, spanduk, billboard dan sebagainnya. Ada pula berbagai macam bentuk media pendukung lainnya seperti pemasaran langsung, media interaktif, media peraga (display) juga harus dipertimbangkan dalam perencaan media.

Pada umumnya, perusahaan menggunakan lebih dari satu media untuk berpromosi kecuali anggaran media perusahaan yang bersangkutan kecil. Penggunaan media ini disebabkan beberapa alasan. Pertama, media yang berbeda memiliki cara penyampaian pesan yang berbeda. Kedua, penggunaan satu media tunggal jarang sekali mampu menjangkau setiap individu yang menjadi target audiens. Ketiga, strategi media seringkali meminta penggunaan lebih dari satu media.

Ada begitu banyak media yang tersedia untuk beriklan, masing-masing media memiliki karakteristiknya tersendiri. Dengan pemahaman karakter media, akan memudahkan kita menentukan media yang tepat dalam menjangkau khalayak sasarannya. Maka sebelum menentukan tepat tidaknya sebuah media yang akan digunakan, kita harus mengetahui dulu siapa target audience (khalayak sasaran) yang ingin dijangkau, dan berapa budget yang tersedia untuk menjangkau khalayak sasaran yang ingin dituju.

Dengan mengetahui target audience dan berapa budget yang tersedia, hal ini akan mempermudah proses pemilihan media, sebab media harus direncanakan dan untuk itulah perlu ada perencanaan media, karena salah satu fungsinya untuk menentukan keberhasilan dan keefektifan sebuah pesan agar sampai kepada targetnya.

2. Departemen Media

Departemen inilah yang mengevaluasi, merencanakan, dan memilih media apa, kapan, dan berapa sering pesan itu harus dimuat atau dipasang untuk mendapatkan hasil (response) yang maksimal.

Media Director atau Media Manager bekerja bersama-sama Account Director dan Creative Director, merancang dan menentukan media strategy untuk suatu kampanye iklan. Strategi ini tentunya harus terlebih dahulu disetujui klien sebelum dilaksanakan. Memberikan rekomendasi cara yang paling efisien dalam menyampaikan pesan kepada suatu khalayak sasaran. Beberapa departemen media diantaranya adalah:

a. Media Planning

Media Planner bertugas untuk membuat rencana media apa yang harus digunakan, kapan dan berapa lama serta tentu saja dengan biaya berapa. Mengembangkan suatu rencana media adalah skill yang memerlukan kreativitas, seorang media planner harus terlibat dalam pengembangan strategi dan kreatif karena media yang digunakan dan pesan yang harus disampaikan harus saling mendukung.

b. Pembelian dan Pemantauan (Buying and Monitoring)

Pembelian media merupakan bagian kerja dari Departemen Media dimana orang-orang yang berada pada bagian ini harus pandai-pandai bernegosiasi bisnis dengan perusahaan media (koran, majalah, radio, televisi, dan sebagainya), karena disinilah sumber pemasukan-pemasukan keuangan (revenue) yang utama bagi biro iklan. Orangnya dikenal sebagai media buyer berurusan dengan berbagai jenis media. Dialah yang bertugas membeli ruang dan waktu pada media sesuai dengan media plan yang telah disesuaikan klien.

Pemantauan atau monitoring dilakukan agar mereka dapat mengetahui apakah rancangan iklan yang dibuat oleh biro iklannya “mengena” dan disukai sasaran atau tidak. Terkadang tugas bagian monitoring juga bertambah sekaligus memonitor apakah iklan yang dipasang tertayang atau tidak di media yang telah dipesan serta membuat laporan kepada agency dan klien bahwa jumlah pemasangan dan budget yang telah disediakan saling mendukung telah sesuaidengan perencanaan.

c. Media Riset

Media Researcher bertugas mengumpulkan dan mengevaluasi data tentang media. Bagian ini lebih jauh harus dapat memperkirakan kenaikan harga media, rating dari acara-acara televisi dan khalayak pembaca, pendengar atau pemirsa sebuah media. Yang ideal, penekanan riset lebih membantu pengembangan pesan periklanan. Riset ini dibutuhkan agar pesan periklanan lebih fokus dan sesuai dengan khalayak sasaran yang dituju.

Selain itu tugas yang juga sangat penting adalah mengumpulkan informasi tentang suatu merek, perusahaan, industri, atau pasar dan melengkapi agency dengan informasi yang akurat tentang tabiat konsumen.

3. Tujuan Periklanan

Sebelum menentukan perencanaan media, maka yang pertama kali dilakukan adalah menetapkan tujuan periklanan. Tujuan periklanan merupakan keinginan atau harapan-harapan perusahaan yang bisa tercapai dan akan diwujudkan dalam diri target audience lewat perencanaan media.

Tujuan periklanan bagi seorang klien yang mengiklankan produknya harus mengacu pada tujuan akhir (end objective) yang ingin dicapai oleh pengiklan seperti apa, apakah ingin agar konsumen selaku target audience cukup aware dengan produknya, atau lebih dari itu pengiklan ingin agar target audience tertarik atau bahkan muncul minat untuk membeli produknya. Semua itu sebetulnya berkaitan dengan efek seperti apakah yang ingin dimunculkan dalam diri target audience.

Dengan end objective yang ingin dicapai, hal ini akan menimbulkan efek komunikasi (efek yang timbul dalam diri target audience akibat dari terpaan iklan), seperti :

· Efek kognitif

Berupa pengetahuan (misalnya dengan adanya terpaan iklan menimbulkan kesadaran dalam diri khalayak sasaran)

· Efek afektif,

Berupa sikap (misalnya khalayak sasaran mulai timbul rasa menyukai kemudian meyakini)

· Efek konatif

Berupa perilaku (misalnya mereka mulai muncul minat pada produk tersebut)

Efek dalam tujuan periklanan sangat penting dalam upaya mewujudkan tujuan komunikasi, karena untuk mengetahui berhasil atau tidaknya pesan yang sampai kepada khalayak tepat sasaran yang dituju. Terdapat beberapa cara atau tujuan perusahaan mengiklankan produknya, diantaranya sebagai berikut:

· Menciptakan kesadaran pada suatu merek di benak konsumen.

· Mengkomunikasikan informasi kepada konsumen mengenai atribut dan manfaat suatu merek.

· Mengembangkan atau mengubah citra atau personalitas sebuah merek.

· Mengasosiasikan suatu merek dengan perasaan serta emosi.

· Menciptakan norma-norma kelompok

· Mengendapkan perilaku.

· Mengarahkan konsumen untuk membeli produknya dan pertahankan market power perusahaan.

· Menarik calon konsumen menjadi “konsumen yang loyal” dalam jangka waktu tertentu.

· Mengembangkan sikap positif calon konsumen.

Sementara itu, tujuan periklanan pun dapat digolongkan menurut sasarannya, yakni:

a. Iklan informatif

Bertujuan untuk memberi tahu seluk beluk suatu produk yang baru, kegunaannya, perubahan harga, cara pemakaiannya, menjelaskan pelayanan yang tersedia dan membangun citra perusahaan.

b. Iklan persuasif

Bertujuan untuk membentuk permintaan selektifsuatu merek tertentu.

c. Iklan pengingat

Bertujuan untuk meyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka telah melakukan pilihan yang benar.

d. Iklan penambah nilai

Bertujuan menambah nilai merek pada persepsi konsumen dengan melakukan inovasi, perbaikan kualitas dan penguatan persepsi konsumen.

e. Iklan bantuan aktivitas lain

Bertujuan membantu memfasilitasi usaha lain perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran.

4. Langkah – Langkah Perencanaan Media

a. Penentuan target konsumen atau analisa pasar

b. Menentukan tujuan media

c. Strategi media

d. Jadual Media

Monle & Carla juga menambahkan bahwa para perencana media (media planner) harus mempertimbangkan hal-hal berikut :

· Khalayak mana yang ingin kita jangkau ?

· Kapan dan dimana kita ingin menjangkau mereka ?

· Berapa banyak orang yang akan kita jangkau ?

· Seberapa sering kita perlu menjangkau mereka ?

· Berapakah biaya yang dibutuhkan untuk menjangkau mereka ?


BAB II

PEMBAHASAN

B. Profil Perusahaan

1. Sejarah Singkat Perushaan

Bisnis keluarga Sampoerna bermula sebelum tahun 1913 saat Liem Seeng Tee dan istrinya Tjiang Nio mendirikan perusahaan Handel Maastchapij Liem Seeng Tee. Perusahaan ini selanjutnya berganti nama menjadi NV Handel Maastchapij Sampoerna (HM Sampoerna). Setelah Perang Dunia kedua usai, nama perusahaan tersebut di-Indonesiakan menjadi PT Hanjaya Mandala Sampoerna atau biasa disingkat menjadi HM Sampoerna.

Bisnis rokok keluarga Sampoerna dimulai sekitar tahun 1916 saat Liem Seeng Tee membeli berbagai jenis tembakau dari seorang pedagang tembakau yang bangkrut. Di tengah kondisi keuangan yang sulit, Liem Seeng Tee bertekad menjadikan perusahaannya sebagai Kerajaan Tembakau. Liem Seeng Tee sendiri memilih nama Sampoerna untuk menggambarkan keinginannya menghasilkan produk tembakau terbaik dan meraih predikat raja rokok kretek.

Bisnis itu berjalan dan mulai menunjukkan geliatnya mulai awal tahun 1940. Pada saat itu bisnis PT HM Sampoerna tumbuh pesat. Produksi gabungan rokok lintingan tangan dan lintingan mesin mencapai tiga juta batang per-minggunya. Untuk melinting Dji Sam Soe saja diperlukan sekitar 1.300 pekerja. Setelah Liem Seeng Tee meninggal tahun 1956, perusahaan dikelola oleh kedua putrinya, Liem Sien Nio dan Liem Hwee Nio. Namun keduanya tidak berhasil membawa kesuksesan, sehingga bisnis ini selanjutnya ditangani oleh putra kedua Liem Seeng Tee yakni Liem Swee Ling, yang lebih dikenal dengan nama Aga Sampoerna.

Pada sekitar tahun 1970-an, Aga digantikan Putera Sampoerna. Saat itu Putera Sampoerna mulai membangun pabrik. Keberhasilan lainnya adalah dengan terdaftarnya PT HM Sampoerna sebagai perusahaan publik pada 27 Agustus 1990. Namun Putera Sampoerna (57 tahun) sendiri saat ini masih menduduki jabatan sebagai Presiden Komisaris. Sementara dua sepupunya mengisi jabatan wapreskom yakni Boedi Sampoerna dan sebagai komisaris yakni Soetjahjono Winarko. Komisaris HM Sampoerna lainnya adalah wakil dari pemegang saham yakni Phang Chew Hock, James P Bannes dan Ekadharmajanto Kasih.

Sementara posisi presiden direktur saat ini diduduki oleh anak Putera Sampoerna yakni Michael Sampoerna yang masih berumur 26 tahun. Sementara direktur lainnya adalah Edward H Frankee, Sugaiarta Gandasaputra, Hendra Praseta dan Djoko Susanto. Kerajaan bisnis Sampoerna sekarang ini sudah menggurita. Selain pabrik rokok andalannya yakni HM Sampoerna dengan produk unggulan Dji Sam Soe dan A Mild, ada juga bisnis properti Taman Dayu. Di bisnis properti ini, keluarga Sampoerna mengelola 598 hektar tanah di Malang. Keluarga Sampoerna juga menjadi pemilik waralaba Alfamart yang semula dimaksudkan untuk memperlancar penjualan ritelnya.

Keluarga Sampoerna membeli 70 persen Sumber Alfaria Trijaya yang merupakan pemilik waralaba Alfamart pada tahun 1990. Bisnis lainnya adalah PT Sampoerna Percetakan Nusantara yang beralih nama menjadi PT Sampoerna Printpack didirikan pada tahun 1989 terletak di Sukorejo. Bisnis ini sebenarnya sudah dirintis sejak lama, namun terhenti jauh sebelum perang dunia kedua. Sementara untuk memperlancar distribusi produksi rokoknya, keluarga Sampoerna mendirikan PT Panamas. Perusahaan inilah yang semula digandeng oleh Philip Morris setelah ‘bercerai’ dengan Bentoel. Saat ini Panamas merupakan salah satu sumber dana dari Sampoerna. Tak mau kalah terhadap kemajuan teknologi, keluarga Sampoerna juga memiliki Integrated Business Solution Asia (IBSA)yang merupakan layanan IT dan konsultan menajemen dengan klien dari Indonesia dan Singapura. Saat ini IBSA telah tumbuh menjadi salah satu industri IT terkuat di Asean.

Sementara untuk kegiatan sosialnya, keluarga Sampoerna mendirikan Sampoerna Foundation yang mayoritas kegiatannya adalah memberikan beasiswa kepada siswa. Khusus untuk Sampoerna, pada tahun 2004 lalu berhasil memperoleh pendapatan bersih hingga Rp 9 triliun. Pendapatan ini diperkirakan terus menanjak mengingat masih besarnya pangsa pasar rokok Indonesia ditahun-tahun mendatang.

Pada 2004, HM Sampoerna berhasil meraup keuntungan bersih Rp 15 triliun dengan nilai produksi 41,2 miliar batang. Hasilnya, Sampoerna meraih 19,4 persen pangsa pasar rokok di Indonesia, atau di posisi ketiga setelah Gudang Garam dan Djarum. Keberhasilan PT HM Sampoerna Tbk. menarik perhatian Philip Morris International Inc. (“PMI”), salah satu perusahaan rokok dan tembakau terkemuka di dunia, sehingga pada bulan Mei 2005, PT Philip Morris Indonesia, anak perusahaan PMI, mengakuisisi kepemilikan mayoritas atas PT HM Sampoerna Tbk. Philip Morris pun mengharga saham HM Sampoerna dengan harga yang cukup menggiurkan yakni Rp 10.600. Pasalnya sebelum pengumuman akuisisi, harga saham Sampoerna hanya di kisaran Rp 8.850 per saham, atau berarti harga yang ditawarkan Philip Morris adalah memberi premium sebesar 20 persen.

PT.H.M Sampoerna adalah salah satu perusahaan rokok yang berdiri sejak 1913. Sampoerna merupakan perusahaan rokok terbesar setelah PT. Gudang Garam. Perusahaan ini memiliki salah satu produk unggulan yaitu Sampoerna A-mild yang merupakan pelopor rokok mild di Indonesia.

Rokok mild sendiri adalah rokok dengan kadar Tar dan Nikotine yang berkurang karena adanya sistem ventilasi yang berada pada perbatasan antara tembakau dan filter rokok. Sehingga asap yang dihisap perokok bercampur dengan oksigen dan mengakibatkan kadar Tar dan Nikotine berkurang.

Sampoerna mengeluarkan rokok A-mild yang membuat pasar Indonesia semakin beragam jenis produk yang ditawarkan. Apabila orang tertarik menghisap rokok mild karena memiliki kadar Tar dan Nikotine rendah yang berarti mengurangi bahaya merokok. Maka dapat diambil asumsi dasar, bahwa orang tersebut berada dalam sebuah segmen, yaitu orang-orang yang memiliki pendidikan yang cukup untuk memahami bahaya rokok. Hasilnya dapat membuat segmen tersendiri yaitu masyarakat terdidik yang tetap ingin merokok.

2. Visi dan Misi Sampoerna

Visi PT HM Sampoerna Tbk. terkandung dalam “Falsafah Tiga Tangan”. Falsafah tersebut mengambil gambaran mengenai lingkungan usaha dan peranan Sampoerna di dalamnya. Masing-masing dari ketiga ”Tangan” mewakili perokok dewasa, karyawan dan mitra bisnis, serta masyarakat luas, merupakan pihak yang harus dirangkul oleh Sampoerna untuk meraih visi menjadi perusahaan paling terkemuka di Indonesia.

Kami meraih ketiga kelompok ini dengan cara sebagai berikut:

Memproduksi rokok berkualitas tinggi dengan harga yang wajar bagi perokok dewasa

Sampoerna berkomitmen penuh untuk memproduksi sigaret berkualitas tinggi dengan harga yang wajar bagi konsumen dewasa. Ini dicapai melalui penawaran produk yang relevan dan inovatif untuk memenuhi selera konsumen yang dinamis.

Memberikan kompensasi dan lingkungan kerja yang baik kepada karyawan dan membina hubungan baik dengan mitra usaha

Karyawan adalah aset terpenting Sampoerna. Kompensasi, lingkungan kerja dan peluang yang baik untuk pengembangan adalah kunci utama membangun motivasi dan produktivitas karyawan. Di sisi lain, mitra usaha kami juga berperan penting dalam keberhasilan kami, dan kami mempertahankan kerjasama yang erat dengan mereka untuk memastikan vitalitas dan ketahanan mereka.

Memberikan sumbangsih kepada masyarakat luas

Kesuksesan Sampoerna tidak terlepas dari dukungan masyarakat di seluruh Indonesia. Dalam memberikan sumbangsih, kami memfokuskan pada kegiatan pengentasan kemiskinan, pendidikan, pelestarian lingkungan, penanggulangan bencana dan kegiatan sosial karyawan.

3. Target Market Profile

a. Segmentasi

Sampoerna A-mild membagi masyarakat kedalam segmen masyarakat terdidik yang mengerti benar akan bahaya merokok tetapi tetap memilih untuk merokok. Pada segmen masyarakat terdidik, terdapat konsumen yang sangat potensial bagi produsen rokok, yaitu kalangan anak muda terdidik yang mengetahui dampak rokok, tetapi mengambil resiko untuk merokok. Nantinya dapat menjadi konsumen jangka panjang bagi perusahaan, karena rokok dapat menimbulkan keterikatan. Apabila konsumen anak muda terikat, maka perusahaan akan memiliki potensi konsumen yang akan loyal dalam jangka panjang.

b. Targeting

A Mild sendiri menetapkan target konsumennya pada perokok muda dewasa dengan rentang usia 18-25 tahun. Dengan dikeluarkan produk rokok kretek baru yang lebih ringan, Sampoerna A-mild mengincar pangsa pasar pria yang lebih memilih rokok kretek untuk beralih ke rokok LTLN dengan rasa yang lebih halus.

Target utama dari Sampoerna A-mild tetap pria. Namun pihak dari PT HM Sampoerna tetap mencoba menggaet perokok wanita lebih banyak lagi. Dimana saat ini perokok wanita di Indonesia sudah semakin banyak. Dengan produk baru ini digambarkan rokok mild yang ringan dan elegan.

c. Positioning

Tema “How Low Can You Go” merupakan introduction theme, karena saat itu rokok mild merupakan kategori produk yang baru bagi pasar Indonesia. Dengan iklan televisi (TVC) yang begitu unik yaitu animasi icon-icon yang bermain limbo, ditampilkan icon A Mild yang mampu bermain limbo hingga mistar diturunkan sangat rendah. Jelas bahwa pesan positioning yang ingin disampaikan adalah bahwa A Mild memiliki kandungan tar dan nikotin yang paling rendah dibanding brand lain.

Rupanya konsumen rokok Indonesia mulai sedikit demi sedikit teredukasi dengan tema ”How Low Can You Go”. Hal ini terbukti dengan penetrasi produk ini yang mulai berjalan. Lalu positioning ”How Low Can You Go” ini berusaha diperkuat lagi dengan tema “Bukan Basa Basi”. Dalam iklan-iklan bertema ”Bukan Basa Basi” ini, A Mild sebagai sebuah brand mulai memainkan teknik yang saya sebut sebagai parallel positioning. Seluruh eksekusi dari TVC maupun print ad ”Bukan Basa Basi” begitu jauhnya, bahkan tidak berhubungan sama sekali dengan atribut produk A Mild sendiri. Beberapa yang cukup unik adalah print ad dengan foto simpanse hitam putih dan bertuliskan ”Siapa Bilang Enak Jadi Manusia. Bukan Basa Basi”. Lalu ”Mau Hidup Enak, Usaha. Bukan Basa Basi”. Masih banyak lagi berbagai eksekusi iklan bertema ini yang membuat audiens iklan, baik mereka yang paham marketing dan advertising maupun konsumen awan, bertanya-tanya mengenai arti ”Bukan Basa Basi”.

Seiring dengan mulai membesarnya segmen pasar perokok mild yang dibuka jalannya oleh A Mild, A Mild sempat berusaha keluar sebentar dari parallel positioning dan kembali ke tema ”konvensional”, dalam arti tema yang lebih mudah dicerna oleh audiens iklan. A Mild menggunakan tema “Others Can Only Follow”, yang secara implisit ingin menyampaikan bahwa brands rokok mild yang lain hanya bisa ikut-ikutan A Mild dan bukanlah rokok mild yang orisinil. Iklan ini ingin mengatakan bahwa A Mild tidak bisa dibantah adalah rokok A Mild yang pertama, sekaligus dengan market share dan mind share terbesar. Eksekusinya antara lain adalah animasi 3 dimensi ikan-ikan di laut yang dipimpin oleh seekor ikan yang berwarna berbeda dari ikan-ikan lain yang ikut berenang di belakangnya. Lalu animasi binatang-binatang di pantai yang bergerak dalam sebuah antrian, dengan jingle ”Others Can Only Follow” yang begitu funky.

Sempat menjalankan Others Can Only Follow hingga akhir 2004, pada pertengahan 2005, A Mild tampil beda dengan tema yang bertahan hingga saat ini, yaitu “Tanya Kenapa”. Tema ini menarik karena begitu berani menyentuh secara langsung berbagai isu sosial dan memprovokasi audiens dengan pertanyaan ”Tanya Kenapa”. Contohnya adalah print ad dan baliho yang bergambar beberapa oven dengan toga di dalamnya, dan dengan harga di setiap toga. Di setiap toga ada label-label ”sarjana”, ”sarjana luar negeri” dan sejenisnya. Lalu iklan ini memiliki tagline ”Mau Pintar Kok Mahal. Tanya Kenapa”. Berbagai TVC, print ad, dan baliho bertema Tanya Kenapa begitu banyak menghujani publik. Mungkin kita masih ingat TVC ini, ”Taat Kalo Nggak Ada Yang Liat. Tanya Kenapa”, serta ”Jalan Pantas Dianggap Pantas. Tanya Kenapa”. Sedangkan baliho antara lain adalah ”Gali Lubang, Tutup Lupa. Tanya Kenapa”. Iklan-iklan A Mild ini cerdas, menggigit, sekaligus engaging karena tema yang diangkat adalah sehari-hari. Bahkan jika dianalisis lebih dalam, iklan-iklan A Mild dengan tema ”Tanya Kenapa” lebih mirip seperti iklan layanan masyarakat (public service ads) dibandingkan iklan produk. Yang mengingatkan kita bahwa iklan ini tetap iklan komersial adalah adanya logo A Mild dan peringatan pemerintah akan bahaya merokok yang selalu muncul di akhir iklan.

Beberapa pelajaran penting yang dapat kita ambil dari evolusi positioning A Mild adalah bahwa sebuah brand selalu memerlukan cara baru untuk berkomunikasi, karena pasar adalah sebuah kelompok manusia yang dinamis. Brand juga hidup dalam persaingan di mana untuk membedakan diri dengan pesaing memerlukan kreativitas tinggi, sehingga brand performance yang diukur dari pertumbuhan penjualan dapat terus terjaga. Jelas bahwa kekuatan finansial untuk membentuk sebuah brand adalah baru setengah dari cerita, karena bukan frekuensi iklan saja yang penting, akan tetapi tema iklan juga sangat penting, kalau tidak bisa dibilang lebih menentukan.

4. Marketing Mix dan Taktik Penjualan

a. Marketing Mix (4P)

1) Product

A Mild adalah rokok yang rendah kadar tar dan nikotin nya. Secara resmi, produk A Mild diluncurkan pada 18 Desember 1989 dengan kandungan 14 mg tar dan 1.0 mg nikotin per pak-nya. A Mild juga merupakan rokok pertama yang mendobrak pasar Indonesia dengan penampilannya yang unik, yakni dengan ukuran keliling lingkaran rokok 22 mm dan panjang rokok 90 mm. Produk ini sangat sukses di pasaran karena dapat memenuhi keinginan perokok yang ingin menerapkan pola hidup sehat.

Produk A Mild sendiri terdapat dua jenis yang sama-sama memiliki kadar rendah nikotin dan tar. Dua jenis tersebut dapat dibedakan dari kemasannya. Yang pertama yaitu A Mild dengan kemasan warna hijau yang membawa pada kesan alami dari rasa menthol- nya dan kedua yaitu kemasan merah dengan rasa premium. Berbicara rasa dan kemasan rokok A Mild, dari awal kemunculannya hingga sekarang ini ia selalu konsisten dengan kemasannya seperti yang sekarang ada, sederhana tetapi tetap unik dan eksklusif. Pada pertengahan Mei 2008, A Mild mengeluarkan kemasan limited edition dengan gambar seorang gadis muda yang sedang mengekspresikan musik. Begitu juga dengan citarasa, rokok inipun tidak pernah berkompromi untuk mengubah rasanya. Rokok A Mild memiliki dua saudara lain yang sama-sama rendah tar dan nikotin yaitu Sampoerna A Medium, dan Sampoerna A Internasional yang dipasarkan di mancanegara.

2) Price

Dari konteks harga, A Mild terbilang cukup mahal, dengan membandrol harga bagi konsumen akhir sebesar Rp. 20.000,- untuk setiap packnya. Harga tersebut bila dilihat dari pendapatan masyarakat Indonesia pada umumnya jumlah tersebut pastinya bukan jumlah uang yang kecil untuk hanya dapat menikmati rokok, akan tetapi A Mild memang diperuntukkan bagi masyarakat golongan menengah keatas yang lebih mempertimbangkan nilai prestisiusnya. Selain dengan menawarkan keistimewaan dari produk, Sampoerna A Mild menawarkan isi yang lebih banyak dari produk rokok lainnya dalam tiap packnya.

3) Promotion

Beberapa bentuk promosi utama yang dilakukan oleh Sampoerna A-mild untuk konsumen akhir adalah event atau sponsorship. Beberapa bentuk event atau sponsorship yang dilakukan oleh Sampoerna A-mild memang diakui sebagai bentuk promosi yang menarik banyak perhatian misalnya saja kampanye iklan yang berkali-kali meraih penghargaan bergengsi pada skala nasional sebagai iklan terbaik dan event atau sponsorship besar beskala nasional dengan kemasan yang unik dan menarik (Soundrenaline, A-mild live on TV, Java Jazz, dll).

4) Place

Strategi distribusi yang digunakan oleh Sampoerna dalam mendistribusikan rokoknya menggunakan distributor tunggal, yaitu melalui PT Panamas. Sedangkan dalam tingkatan saluran distribusi, Sampoerna menggunakan saluran distribusi tiga tingkat, dimana distributor tunggalnya yaitu PT Panamas menyalurkannya ke dua perantara lain, yaitu agen dan pengecer yang didistribusikan ke semua wilayah di Indonesia, bahkan sampai ke daerah-daerah maupun pedesaan.

5) Differentiation

Sampoerna A Mild merupakan hasil sebuah keseimbangan perpaduan antara tembakau jawa, amerika, dan tembakau berkualitas lainnya. Rasa dan aroma Sampoerna adalah hasil dari persembahan tersendiri dari cengkeh alam terbaik. Selain itu diferensiasi yang terdapat pada Sampoerna A-mild juga terletak pada image yang tergambarkan pada produk Sampoerna A-mild itu sendiri, yaitu menggambarkan pribadi yang berjiwa muda, menyukai music dan entertainment.

b. Market Objektif

1) Brand

Sampoerna meluncurkan suatu produk dalam mengembangkan jajaran merek rokok dengan label A yang ditandai dengan peluncuran A-mild sebagai rokok yang berkadar tar dan nicotine rendah (LTLN).

2) Service

Salah satu nilai dari value yaitu service yang dilakukan A-mild adalah direct selling yang dilakukan di café-café terkemuka di Jakarta. Bentuk direct selling yang dilakukan oleh pemasar A-mild ditujukan untuk memberikan service excellent bagi perokok A-mild ataupun bukan perokok A-mild agar beralih ke A-mild.

3) Process

Proses yang dilakukan oleh HM Sampoerna khususnya produk A-mild untuk mencapai kepuasan konsumen adalah dengan sering mengadakan event-event atau sponsorship yang melibatkan konsumen secara langsung. Contohnya Soundrenaline dan A-mild live wanted.

c. Analisis SWOT

1) Strength

Kualitas Bahan Baku

Kualitas bahan baku rokok sampoerna sudah terpercaya, kualitas bahan baku menjadi andalan sampoerna untuk bersaing dengan empat perusahaan rokok besar Indonesia lainnya (Gudang garam, Djarum, Bentoel Prima dan Wismilak).

Menguasai pangsa pasar

Produk-produk rokok sampoerna secara keseluruhan menguasai pangsa pasar rokok Indonesia dengan pangsa pasar 24,2 %.

Kredibilitas Perusahaan

Perusahaan yang telah berdiri hampir mencapai seratus tahun pastinya memiliki kredibilitas perusahaan yang baik yang menjadi dasar terbentuknya trust 'kepercayaan' dari para stakeholder yang terbukti menjadi poin krusial dalam pengembangan suatu bisnis.

Budaya Perusahaan

Budaya perusahaan dalam tubuh sampoerna sudah menjadi spirit d'corps sampoerna. Dalam kegiatan sehari-hari budaya perusahaan tersebut menjiwai seluruh aktifitas karyawan sehingga kinerja karyawan menjadi lebih efektif dan efisien.

Nilai capital yang besar

Setelah Philip Morris menjadi pemilik dominan saham perusahaan. Sampoerna memiliki capital yang cukup besar dan jaminan tersedianya modal dibawah naungan perusahaan rokok raksasa dunia.

2) Weakness

Harga yang cukup mahal

Harga cukup mahal yang berasal dari biaya promosi yang besar dan bahan baku menjadi kelemahan Sampoerna yang sangat terlihat dimata competitor.

Kurang diminatinya produk rokok kretek mild di Internasional

Para perokok luar negeri sudah terbiasa dengan rokok putih, kehadiran rokok kretek mild tidak bisa menggeser kedudukan rokok putih sebagai rokok no. 1 di luar negeri untuk saat ini.

Kalahnya pangsa pasar SKM filtered dari para pesaing

Perbedaan harga membuat Dji Sam Soe filter tidak bisa menggeser kedudukan Gudang Garam Internasional dari peringkat pertama.

Modal yang cukup besar untuk mengadakan event berkala

Pengalokasian yang dipakai sampoerna banyak dipakai untuk membuat suatu event, terlebih lagi event yang dibuat adalah event berkala (Java Jazz, Jak jazz, IBL, Proliga, COPA, Soundrenaline dan Amild live wanted) dengan jangka waktu setahun sekali.

Lambatnya pertumbuhan rokok Avolution

Rokok Avolution yang seharus menjadi harapan agar dapat bersaing dengan rokok putih, tetapi yang terjadi pertumbuhan rokok tersebut sangat lambat, permintaan turun dan profit menurun, akhirnya malah memberikan kerugian dan memberikan dampak yang negatif.

3) Opportunity

Masuknya Philip Morris sebagai mitra bisnis

Masuknya Philip Morris yang notabenenya termasuk perusahaan rokok besar dunia, memudahkan Sampoerna untuk mengekspansi bisnisnya ke International melalui bantuan perusahaan Philip Morris.

Trend pasar positif untuk rokok Low Tar Low Nicotine (LTLN) di Indonesia

Tingginya kesadaran kesehatan masyarakat dan gaya hidup yang menganggap rokok LTLN lebih keren memungkinkan perubahan trend pada industry rokok.

Banyaknya spot yang terdapat pada event untuk mempromosikan produk baru

Banyaknya event yang diadakan sampoerna menjadi kesempatan bagi sampoerna untuk mempromosikan produk baru tanpa dipungut biaya advertising. Dengan banyaknya event, akan meningkatkan brand awareness yang dimiliki produk tersbut sehingga memudahkan produk itu dikenal dan diingat customer.

Kemungkinan produk baru

Besarnya modal yang dimiliki sampoerna dan kerjasamanya dengan Philip Morris, memungkinkan Sampoerna untuk mengembangkan produk baru apabila ada pasar yang cocok.

Beralihnya customer rokok competitor ke rokok LTLN Sampoerna

Besarnya kemungkinan pindah sangat tinggi karena tingginya kesadaran akan kesehatan dan rasa dari rokok sampoerna memiliki kemiripan dengan rokok SKM GG Internasional dan Djarum Super.

4) Threat

Regulasi dan perda mengenai anti-rokok

Perda ini memungkinkan penurunan jumlah perokok dan permintaan atas rokok yang terjadi disuatu daerah yang memiliki perda anti-rokok.

Banyaknya kompetitor dari rokok jenis Mild

Dilihat dari trend positif rokok mild, banyak dari produsen rokok mulai merambah pangsa pasar rokok mild.

· Gudang Garam: Surya Signature

· Djarum lahir LA Light

· Bentoel Prima: Starmild/Dunhill

· Nojorono Tobacco: Class Mild.

Kemungkinan semakin bertambahnya competitor rokok jenis mild

Pangsa pasar rokok mild yang menjanjikan di masa depan memungkinkan munculnya pendatang baru dalam persaingan industry rokok mild.

Tingginya pajak rokok

Tingginya pajak rokok membuat rendahnya daya beli masyarakat terhadap rokok sehingga terjadi penurunan permintaan rokok.

Berkurangnya event yang disponsori perusahaan rokok

Berkurangnya event yang disponsori rokok merupakan impact dari mindset masyarakat yang mendukung anti-rokok dan ingin mengurangi promosi rokok yang terdapat pada event khususnya event anak muda.

5. Menetapkan Strategi Media

Duncan mengemukakan pengertian strategi media yaitu ide atau gagasan mengenai bagaimana tujuan media akan dicapai melalui seleksi berbagai kombinasi media. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan yaitu; media yang digunakan dan berapa banyak, waktu terbaik menjangkau konsumen, konsentrasi media yang diperlukan dalam bauran media, penjadwalan media, media yang paling tepat dari aspek kreatif, dan terakhir perhitungan biaya iklannya.

Contoh :

· Menggunakan Above the line (media lini atas), khususnya media elektronik, yaitu : Televisi, untuk menayangkan Airing TV Filler from Event Sound of Change. Channel yang dipilih adalah RCTI, SCTV dan IVM dengan kampanye selama satu minggu dalam periode satu bulan.

· Menggunakan Below the line (media lini bawah), yaitu : poster, point of sale display material branding (POSM).

· True The Line, yaitu :. mengadakan event (Sound of Change/Brand Activation) di wilayah Padang, Palembang, Bandung, Surabaya dan Bali . Didalam event tersebut diadakan konser Slank, serta melakukan bakti sosial oleh Slank dan warga sekitar.

Media strategy merupakan cara untuk mencapai tujuan media (bagaimana pesan sampai ke segmen target), serta menjelaskan mengenai strategi dan taktik yang digunakan untuk mencapai tujuan atau target media yang telah ditetapkan.

Salah satu faktor penting dalam menentukan strategi media adalah tipe atau jenis produk, apakah termasuk dalam produk keterlibatan tinggi atau produk keterlibatan rendah. Sebelum melakukan seleksi terhadap media yang akan digunakan, maka perencanaan media juga harus membedakan apakah produk tertentu menurut persepsi konsumen dianggap sangat penting bagi dirinya ataukah tidak.

Kebanyakan produk yang kita beli sehari-hari adalah produk dengan keterlibatan rendah (low involvement product), yang kurang begitu penting dimata kita. Dalam hal ini, pemilihan produk tidak melalui tahap-tahap pencarian informasi dan pengambilan keputusan berbelit atau rumit. Berhubung produk rokok sampoerna a-mild ini termasuk kedalam kategori produk keterlibatan rendah, maka harus menggunakan media yang memang memiliki kemampuan paling jauh dalam menjangkau khalayak sasaran seperti televisi atau radio.

Sementara itu produk keterlibatan tinggi (high-involvement) memerlukan beberapa pertimbangan dalam memutuskan untuk membeli produk, misalnya seperti produk-produk elektronik, properti seperti rumah atau bahkan kendaraan seperti mobil atau barang-barang mahal lainnya, maka dapat menggunakan media cetak seperti koran atau majalah dimana tersedia ruang yang lebih banyak untuk memuat informasi lebih banyak, karena khalayak sasaran untuk produk keterlibatan tinggi biasanya mereka yang memerlukan informasi lebih banyak.

Dengan mengetahui hal ini, telah memudahkan kita dalam menentukan media apa yang efektif dan efisien untuk mengiklankan produk rokok sampoerna ini. Kemudian dalam perencanaan media mesti tahu karakteristik masing-masing jenis media untuk men-deliver reach, frekuensi dan dampak.

Dengan mengetahui karakteristik berbagai media, hal ini akan memudahkan proses seleksi media, dalam menentukan media apa yang tepat untuk mewujudkan tujuan periklanan perusahaan, sesuai dengan target audience yang dituju, sehingga pada akhirnya tujuan media mampu mewujudkan keinginan dan harapan dari klien.

Dalam menciptakan strategi media, kita dituntut bahwa perencanaan media memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai :

· Sifat-sifat media

· Bagaimana cara media bekerja

· Bagaimana cara media dikonsumsi

· Bagaiman media dapat digunakan, untuk mencapai hasil yang diinginkan.

6. Jangkauan (Reach)

Perencanaan media biasanya harus memilih antara mengutamakan jangkauan atau frekuensi ketika menempatkan iklannya di media massa.

Jangkauan adalah jumlah audiens yang menyaksikan, mendengar atau membaca suatu media massa dalam periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam jumlah atau sebagai suatu fraksi dari populasi. Sedangkan frekuensi adalah nilai dari beberapa kali suatu iklan ditayangkan.

Perencanaan media harus memutuskan lebih mengutamakan iklan yang dapat menjangkau lebih banyak konsumen (mengutamakan jangkauan) atau lebih sedikit konsumen namun mereka lebih banyak/lebih sering menerima pesan iklan (mengutamakan frekuensi).

Kedua hal tersebut perlu diperhitungkan karena pemasang iklan memiliki tujuan yang berbeda selain faktor keterbatasan anggaran.

Jangkauan masih merupakan perkiraan atau estimasi suatu indikasi adanya peluang untuk menerima pesan, jangkauan bukanlah suatu indikator untuk mengetahui berapa banyak konsumen atau calon konsumen yang terekspos oleh suatu iklan.

Berikut adalah langkah yang tepat dalam menentukan jangkauan paling efektif dalam menyampaikan pesan iklan adalah :

· Memilih kendaraan media yang memiliki audiens yang paling sesuai dengan target konsumen produk.

· Mengetahui jangkauan masing-masing kendaraan media itu. Dan perlu diperhatikan perbedaan antara wilayah cakupan (coverage area) yang merupakan luas wilayah secara geografis dan jangkauan yang merupakan prosentase dari orang atau rumah tangga di wilayah itu yang secara teratur terekspos (misalnya berlangganan) oleh kendaraan media bersangkutan.

Jangkauan televisi dan radio diketahui dari rating suatu program. Rating suatu program pada dasarnya adalah sama dengan jangkauan (rating = reach). Nilai rating satu adalah sama dengan 1 persen dari wilayah cangkupan kendaraan media yang bersangkutan. Nilai rating program 5 berarti sebanyak 5 persen rumah tangga yang berada di wilayah cakupan stasiun bersangkutan terekspos oleh program tersebut. Semakin banyak rumah tangga yang menggunakan program penyiaran pada suatu wilayah siaran maka rating-nya akan semakin tinggi. Hal penting yang harus diingat, radio atau televisi, adalah program yang menentukan rating, bukan stasiunnya.

a. Rumus Reach :

Reach 1+ = GRP’s x 100

GRP’s + 100

Reach 3+ = GRP’s x 100

GRP’s + 300

Reach 1 + = Banyaknya pemirsa yang dijangkau dengan hanya melihat sekali iklan yang sama.

Reach 3+ = Banyaknya pemirsa yang dijangkau dengan hanya melihat tiga kali iklan yang sama.

b. Target Jangkauan

Kebanyakan para pemasar, tidak terlalu tertarik untuk menjangkau seluruh audiens dari saluran media tertentu karena tidak seluruh audiens merupakan target konsumen pemasar.

Misalkan PT. HM Sampoerna ingin memasarkan produknya di suatu kota dengan target konsumen adalah para perokok dewasa yang ada di kota tersebut. Kemudian perusahaan memasang iklan pada salah satu channel tv kabel setempat yang memiliki jangkauan 400.000 rumah tangga yang ada di kota tersebut. Ternyata hanya 100.000 dari pelanggan tv kabel yang memiliki menjadi para perokok dewasa.

Maka target jangkauan tv kabel tersebut hanya sekitar 25 persen (100.000: 400.000 = ¼ = 25%) dari keseluruhan target konsumen yang ada atau hanya seperempat dari jangkauan tv kabel.

Target jangkauan merupakan faktor penting yang harus diperhitungkan dalam perencanaan media karena dapat menunjukan apa yang diterima pemasang iklan atas uang yang telah dikeluarkannya untuk memasang iklan di media massa. Walaupun pemasang iklan membayar untuk keseluruhan pelanggan tv kabel itu namun karena hanya seperempat (1/4) yang menjadi target konsumen maka biaya sesungguhnya yang harus ditanggung pemasang iklan empat kali lipat. Kondisi ini disebut dengan ‘pemborosan media’ (media waste).

Audiens yang paling sering mengkonsumsi media merupakan target konsumen yang paling mudah dijangkau sedangkan audiens yang jarang menggunakan media adalah kelompok target konsumen yang paling sulit dijangkau.

7. Frekuensi

Frekuensi adalah the number of times one is exposed to the media vehicle, not necessary to the ad it self, (jumlah waktu rata-rata mereka yang dijangkau untuk memiliki peluang terekspos oleh pesan merek dalam suatu periode tertentu). Pada umumnya perencanaan media selalu mengusulkan frekuensi pesan lebih dari satu kali untuk memastikan agar target konsumen terekspos oleh pesan iklan.

Terdapat tiga alasan untuk ini:

• Audiens selalu lebih memperhatikan program dari pada iklan.

• Frekuensi yang cukup akan meningkatkan peluang suatu pesan untuk lebih dimengerti konsumen, semakin kompleks suatu pesan iklan maka semakin banyak frekuensi yang dibutuhkan.

• Frekuensi yang tinggi memungkinkan pesan untuk lebih diingat audiens.

· Rumus Frekuensi :

Av freq = GRP’s

Reach 1+

Reach 1 + = Banyaknya pemirsa yang dijangkau dengan hanya melihat sekali iklan yang sama.

8. Gross Rating Points

Jika nilai rating yang berfungsi indikator jangkauan audiens tersebut dikalikan dengan frekuensi atau banyaknya suatu iklan ditayangkan pada suatu program akan menghasilkan apa yang disebut dengan nilai rating kotor atau gross rating points (GRP) yang menunjukan bobot yang diberikan kepada suatu saluran media atau disebut juga dengan bobot media (media weight).

GRP hanya dapat digunakan untuk membandingkan berbagai saluran media dalam medium yang sama, misalnya antara berbagai stasiun televisi atau sesama radio dan surat kabar. Perhitungan GRP merupakan pengukuran yang menggabungkan rating program dengan jumlah rata-rata suatu rumah tangga yang terekspos pesan iklan pada suatu periode tertentu.

Yang ditulis dalam persamaan GRP adalah sama dengan jangkauan dikalikan frekuensi (GRP jangkauan x frekuensi). Jika suatu iklan muncul lima kali pada suatu program dengan rating 10 maka GRP iklan bersangkutan adalah 5 x 10 = 50 GRP.

9. Karakteristik Media Televisi

Tiap media memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya, mempunyai kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Di era modern saat ini, televisi bukan lagi produk elektronik yang termasuk dalam kebutuhan mewah. Bahkan dalam satu rumah, bisa terdapat dua atau lebih sarana televisi. Selain itu, masyarakat juga bisa mengakses channel-channel favorit mereka melalui media yang berbeda seperti handphone, para pengguna internet juga dimudahkan untuk menikmati tayangan melalui metode online streaming di laptop/ komputer bahkan tablet. Jadi, bisa dikatakan bahwa pangsa pasar sangat luas apabila kita membidik mereka dengan beriklan di televisi.

10. Kelebihan dan Kekurangan Iklan TV

Televisi merupakan produk elektronik yang berteknologi canggih. Terdapat dua elemen penting yaitu audio dan visual yang menjadikan proses penyampaian informasi lebih mudah ditangkap oleh audiencenya. Tidak seperti iklan di media cetak yang dibuat dalam bentuk tulisan, iklan di televisi dirancang sedemikian rupa sehingga membentuk suatu produk video seperti halnya dalam pembuatan film berdurasi pendek. Isinya tentu saja bersifat persuasif agar pemirsa merasa tergerak untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan.

Jenis iklan ini memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

Kelebihan

· Kombinasi elemen audio dan visual menciptakan pengaruh dan daya tarik yang kuat.

· Konten mudah dipahami oleh audiense

· Jangkauan lokasi luas

· Keahlian membaca teks tidak diperlukan bagi pemirsa

· Audiense dapat menangkap pesan hanya dengan melihat dan mendengar

· Waktu penayangan ditentukan dari awal

Kekurangan

· Durasi penayangan hanya sebentar

· Tarif iklan relatif mahal

· Dibutuhkan biaya teknis

· Iklan yang ditayangkan tidak dapat diseleksi

· Jaringan mempengaruhi jangkauan penyampaian iklan

· Masih ada masyarakat yang belum mengakses siaran televise

11. Tarif Pasang Iklan TV

Biaya yang harus dikeluarkan agar produk Anda dapat dipromosikan melalui televisi dapat terbilang cukup tinggi. Rata-rata budget yang harus dipersiapkan untuk menampilkan sebuah iklan TV berdurasi 30 detik adalah sekitar 5 juta rupiah. Angka tersebut bisa naik lagi tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhi tarif beriklan di televisi, yaitu:

a. Karakteristik Stasiun Televisi

Stasiun televisi yang menyiarkan khusus berita, Olahraga, Musik, atau film akan lebih menguntungkan advertiser, karena mereka bisa memilih stasiun tv yang sesuai dengan market. Untuk stasiun yang ber-rating tinggi, maka mematok biaya iklan tv cukup besar, sekitar 10 juta hingga 15 juta rupiah per 15 hingga 30 detik penayangan. Beda lagi tarif untuk tv lokal, biaya iklan tv hanya berkisar 50 ribu hingga 300 ribu rupiah per spot atau sekali tayang dengan durasi sekitar 30 detik.

b. Rating Program Acara

Semakin tinggi sebuah rating acara, maka semakin mahal biaya yang dibandrol untuk iklan tv, contohnya Trans TV dimana iklan yang ditampilkan pada acara Termehek-mehek, trans TV menetapkan biaya iklan sebesar Rp 5,5 juta per slot durasi 30 detik. Dari sini dapat kita lihat bahwa penayangan iklan tergantung pula pada program televisinya. Semakin besar rating acara, hal ini dipandang sebagai indikator dimana semakin besar pula audiens yang menyaksikan acara tersebut. Produk yang telah menempatkan dirinya untuk ditampilkan dalam acara tersebut harus siap dengan biaya iklan yang dipengaruhi oleh acara yang bersangkutan. 3. Jenis Penyiaran Acara

Untuk acara yang disiarkan secara tunda atau langsung juga terdapat perbedaan dalam biaya iklan tv yang dipasang. Untuk siaran langsung, harga yang dipatok lebih mahal dibandingkan siaran tunda.

c. Jam Penayangan

Pada trafik penonton yang ramai akan dipasang biaya iklan tv yang lebih mahal dibandingkan jam tayang yang diperkirakan tidak ramai penonton. RCTI dengan program televisi berita yang mencakup Seputar Indonesia Pagi, Petang, dan Malam. Dalam menentukan tarif untuk menamplkan iklan di televisi, jam penayangan juga diperhatikan berkaitan dengan banyaknya audiens yang menyaksikan program televisi tersebut.

Misal untuk Seputar Indonesia Pagi, RCTI mematok tarif sebesar Rp 8 juta, untuk Petang Rp 16 juta, sementara malam hanya Rp 5 juta. Semakin besar estimasi audiens yang akan menyaksikan, semakin mahal pula tarif yang ditetapkan stasiun televisi tersebut.

d. Peletakan Iklan

Letak antara iklan dan program acara juga mempengaruhi harga. Iklan yang diputar setelah program acara berlangsung akan dianggap sebagai posisi pasang iklan yang paling strategis sehingga dipasang harga lebih mahal dibandingkan iklan yang dipasang di antara iklan lain. Hal ini berkaitan dengan penonton yang suka mengganti chanel siaran ketika iklan berlangsung.

Berikut tentang biaya rata-rata beriklan di TV saat ini, berdasarkan kapan iklan ditayangkan

Jam 00.00-05.00, biayanya sekitar Rp.5.000.000 – Rp.7.000.000 per 30 detik.

Jam 05.00-08.00, biayanya sekitar Rp.7.000.000 - Rp.9.500.000 per 30 detik.

Jam 08.00-12.00, biayanya sekitar Rp6.000.000 – Rp8.000.000 per 30 detik.

Jam 12.00-13.00, biayanya sekitar Rp.7.000.000 – Rp.9.500.000 per 30 detik.

Jam 13.00-17.00, biayanya sekitar Rp.6.000.000 – Rp.8.000.000 per 30 detik.

Jam 17.00-21.00, biayanya sekitar Rp12.000.000 – Rp.20.000.000 per 30 detik.

Jam 21.00-00.00, biayanya sekitar Rp.7.000.000 – Rp9.500.000 per 30 detik

Apabila dikalkulasikan, maka rata-rata tarif iklan tv terbagi dalam dua jenis, berkisar 5 juta hingga 20 juta rupiah per spot (durasi 15-30 detik).

Pemasangan iklan di stasiun televisi dipandang cukup ampuh dalam menampilkan bagaimana konsep produk yang dipromosikan. Namun promosi iklan lewat stasiun televisi juga membutuhkan dana yang besar. Besarnya biaya iklan ini tergantung pada waktu penayangan iklan, acara dimana iklan tersebut ditampilkan, durasi iklan, dan kebijakan pada masing-masing stasiun televisi mengenai penetapan anggaran penampilan sebuah iklan.


BAB III

PENUTUP

C. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan analisa dari bab sebelumnya maka kami sebagai penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

Kekuatan (Strenghts) pada produk rokok A mild adalah berupa : produk yang memiliki kualitas yang baik, harga jual produk yang relative stabil, dan adanya brand image yang baik. Sehingga dengan adanya brand image dan harga jual produk yang relatif stabil serta ditunjang dengan kualitas produk maka akan mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam meningkatkan penjualan perusahaan.

Peluang (Opportunities) pada Produk rokok A Mild adalah berupa : pangsa pasar yang luas, adanya kelompok konsumen yang menginginkan rokok yang lebih sehat, dan peluang untuk melakukan ekspor. Berdasarkan peluang-peluang yang ada di atas perusahaan dapat memasarkan produknya lebih luas kepada konsumen.

Biaya yang harus dikeluarkan agar produk Anda dapat dipromosikan melalui televisi dapat terbilang cukup tinggi. Rata-rata budget yang harus dipersiapkan untuk menampilkan sebuah iklan TV berdurasi 30 detik adalah sekitar 5 juta rupiah. Angka tersebut bisa naik lagi tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhi tarif beriklan di televisi, yaitu:

Karakteristik dari stasiun televisi – rating atau tingkat kepopuleran dari stasiun televisi menunjukkan segmentasi pasar yang sesuai untuk jenis produk yang akan diiklankan.

Jenis program acara – iklan yang ditayangkan di sela-sela acara dengan rating tinggi tentunya memiliki tarif mahal.

Waktu penayangan – iklan yang tayang pada acara live dibandrol dengan harga mahal dibandingkan dengan iklan yang ditampilkan saat siaran ulang atau tunda. Penentuan jam tayang juga dipengaruhi oleh segmentasi pasar pada waktu-waktu tertentu dan disesuaikan dengan jenis iklan.

Penempatan iklan – letak antara iklan dengan acara yang sedang berlangsung mempengaruhi tarif yang dikenakan. Iklan yang diposisikan di tengah-tengah rangkaian iklan harganya jauh lebih murah dibandingkan yang berada di posisi strategis yaitu bumper in and out

Comments

  1. Infonya bermanfaat banget..... mampir ke CATATAN KULIAH KU ya... Catatan LENGKAP ku. salam kenal.... :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

TEORI KOMUNIKASI MODEL SHANNON DAN WEAVER

PEMBIDANGAN HUKUM BESERTA CONTOHNYA

Contoh Makalah Disorganisasi Keluarga (Perceraian)