Hubungan Antara Komunikasi dengan Budaya Organisasi
Komunikasi dengan
Budaya Organisasi
Adakah hubungan komunikasi
dengan budaya organisasi?
Komunikasi
a. Pengertian komunikasi
Ditinjau dari dua sudut
pandang, pengertian komunikasi ada yang secara umum, dan secara paradigmatik:
Secara Umum
Pengertian komunikasi secara
umum dapat di lihat dari dua segi:
Secara Estimologis
Komunikasi berasal dari bahasa
latin “Cmmunicatio”, dan bersumber
pada kata “Communis” yang artinya
sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal yang
dikomunikasikan.
Secara Terminologis
Komunikasi adalah proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. (Effendy,
1986 : 4)
Secara Paradigmatik
Dalam pengertian paradigmatis,
komunikasi mengandung tujuan tertentu; ada yang di lakukan secara lisan, secara
tatap muka, atau melalui media. Jadi komunikasi dalam pengertian paradigmatis
bersifat intensional (intentional), mengandung tujuan; karena itu harus
dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana kadar perencanaan itu, bergantung
kepada pesan yang akan di komunikasikan dan pada komunikan yang dijadikan
sasaran. (Effendy, 1986 : 5)
Jadi, kesimpulan dari
pengertian komunikasi ini adalah proses penyampaian pesan seseorang kepada
orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku
secara langsung maupun tidak langsung.
b. Proses Komunikasi
-
Proses komunikasi tatap muka (komunikasi
langsung)
Berdasarkan jumlah, proses
komunikasi tatap muka diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu komunikasi
antar persona dan komunikasi kelompok.
a. Komunikasi antarpersona (Interpersonal
Communication)
Yaitu komunikasi antara
komunikator dengan seseorang komunikan. Komunikasi ini dianggap paling efektif
dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang karena
sifatnya dialogis, yakni berupa percakapan. Feedback atau timbal balik dari
komunikan pun bersifat langsung.
b. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok ini
termasuk komunikasi tatap muka. Karena komunikator dan komunikan berada dalam situasi
saling berhadapan dan saling melihat. Pengertian komunikasi kelompok sendiri
adalah komunikasi dengan sejumlah komunikan. Dalam komunikasi kelompok, ada
yang namanya komunikasi kelompok kecil, dan komunikasi kelompok
besar. (Effendy, 1986 : 8)
-
Proses Komunikasi Bermedia (komunikasi
tidak langsung)
Yaitu komunikasi yang
menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan
yang jauh tempatnya dan atau banyak jumlahnya. Feedback tidak terjadi pada saat
komunikasi dilakukan. Dan berdasarkan banyaknya, komunikasi bermedia di bagi
menjadi dua, yaitu:
·
Komunikasi bermedia massa
Digunakan dalam komunikasi
apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang
di gunakan yaitu radio, surat kabar, televisi, yang beroperasi dalam bidang
informasi, edukasi, dan rekreasi.
·
Komunikasi bermedia nirmassa
Digunakan dalam komuniaksi
untuk orang-orang tertentu atau kelompok-kelompok tertentu. Surat, telepon,
telegram, telex, papan pengumuman, poster, spanduk, pamflet, brosur, dll adalah
media nirmassa karena tidak memiliki daya keserempakan dan komunikannya tidak
bersifat massal. (Effendy, 1986 : 11)
c. Faktor-faktor Penghambat
Komunikasi
1. Hambatan sosio-antro-psikologis
Proses komunikasi berlangsung
dalam konteks situasional. Ini berarti bahwa komunikator harus memperhatikan
situasi ketika komunikasi dilangsungkan, sebab situasi amat berpengaruh
terhadap kelancaran komunikasi, terutama situasi yang berhubungan dengan faktor-faktor
sosiologis-antropologis-psikologis.
a. Hambatan Sosiologis
Masyarakat terdiri dari
berbagai golongan dan lapisan yang menimbulkan perbedaan dalam status sosial,
agama, ideologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, dan sebagainya yang
kesemuanya dapat menjadi hambatan bagi kelancaran komunikasi.
b. Hambatan Antropologis
Komunikasi akan berjalan
lancar jika suatu pesan yang disampaikan komunikator diterima oleh komunikan
secara tuntas, yaitu diterima dalam pengertian received atau secara inderawi,
dan dalam pengertian accepted atau secara rohani.
Seorang pemirsa televisi
mungkin menerima acara yang disiarkan dengan baik karena gambar yang tampil
pada pesawat televisi amat terang dan suara yang keluar amat jelas, tetapi
mungkin ia tidak dapat menerima ketika seorang pembicara pada acara itu
mengatakan bahwa daging babi lezat sekali. Si pemirsa tadi hanya menerimanya
dalam pengertian accepted. Jadi teknologi komunikasi tanpa dukungan kebudayaan
tidak akan berfungsi.
c. Hambatan Psikologis
Faktor psikologis seringkali
menjadi hambatan dalam komunikasi. Hal ini umumnya disebabkan si komunikator
sebelum melancarkan komunikasinya tidak mengkaji diri komunikan. Komunikasi
sulit untuk berhasil apabila komunikan sedang sedih, bingung, marah, merasa
kecewa, merasa iri hati, dan kondisi psokologis lainnya; juga jika komunikasi
menaruh prasangka (prejudice) kepada komunikator.
Prasangka merupakan salah satu
hambatan berat bagi kegiatan komunikasi, karna orang yang berprasangka belum
apa-apa bersikap menentang komunikator. Pada orang yang bersifat prasangka
emosinya menyebabkan dia menarik kesimpulan tanpa menggunakan pikiran secara
rasional.
Prasangka sebagai faktor psikologis dapat disebabkan oleh
aspek antropologis dan sosiologis; dapat terjadi pada ras, bangsa, suku bangsa,
agama, partai politik, kelompok dan apa saja yang bagi seseorang merupakan
suatu perangsang disebabkan dalam pengalamannya pernah di beri kesan yang tidak
enak. (Effendy, 1986 : 13)
2. Hambatan Semantis
Jika hambatan sosiologis-antropologis-psikologis
terdapat pada pihak komunikan, maka hambatan semantis terdapat pada diri
komunikator.
Faktor semantis menyangkut
bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran
dan perasaannya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasinya, seorang
komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan semantis ini, sebab salah
ucap atau salah tulis dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding)
atau salah tafsir (misinterpretation), yang pada gilirannya bisa menimbulkan
salah komunikasi (miscomunication).
3. Hambatan mekanis
Hambatan mekanis dijumpai pada
media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Banyak contoh yang kita
alami dalam kehiduan sehari-hari; suara telepon yang krotokan, ketika huruf
yang buram pada surat, suara yang hilang-muncul pada pesawat radio, berita
surat kabar yang sulit dicari sambungan kolomnya, gambar yang meliuk-liuk pada
pesawat televisi, dan lain-lain.
4. Hambatan Ekologis
Hambatan ekologis terjadi
disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi,
jadi datangnya dari lingkungannya.
Contoh hambatan ekologis
adalah suara riuh orang-orang atau kebisingan lalu-lintas, suara hujan atau
petir, suara pesawat terbang lewat, dan lain-lain pada saat komunikator sedang
berpidato. (Effendy, 1986 : 16)
Budaya Organisasi
a. Pengertian
Menurut Schein
Budaya organisasi sebagai
suatu pola dari asumsi-asumsi dasar yang ditemukan, diciptakan, atau
dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dengan maksud agar organisasi belajar
mengatasi atau menanggulangi masalah-masalah yang timbul akibat adaptasi
eksternal dan integrasi internal yang sudah berjalan dengan cukup baik,
sehingga perlu di ajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar
untuk memahami, memikirkan, dan merasakan berkenaan dengan masalah-masalah
tersebut. (Riani, 2010 : 6)
Menurut Sarplin
Merupakan suatu sistem nilai,
kepercayaan dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi
dengan struktur sistem formalnya untuk menghasilkan norma-norma perilaku
organisasi.
Menurut Peter F. Drucker
Pokok penyelesaian
masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara
konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada anggota-anggota
baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap
masalah-masalah terkait. (Riani, 2010 : 7)
Jadi, kesimpulan dari
pengertian budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi
untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu
beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi.
b. Konsep Budaya Organisasi (Riani,
2010 : 3)
Salah satu konsep tentang
budaya organisasi yang menjadi rujukan dalam mempelajari teori organisasi pada
umumnya dan budaya organisasi pada khususnya adalah apa yang oleh Peters dan
Waterman (1982) sebutkan sebagai “McKinsey 7–S Franework”, yang terdiri dari
tujuh buah konsep yang saling terkait laksana sebuah mutiara. Enam buah konsep
dalam bentuk lingkaran yang dihubungkan dengan tali temali, masing-masing
yaitu; Strategy, Structure, Style, Staff, dan Skill saling terkait dan di
tengahnya adalah lingkaran Share Values yang tidak lain adalah budaya
organisasi. Kerangka 7-S dari McKinsey adalah model Manajemen Berbasis Nilai
(Value Based Management/VBM) yang menjelaskan bagaimana seseorang dapat secara
holistik dan efektif mengatur perusahaan. Faktor-faktor secara bersama-sama
akan menentukan bagaimana cara perusahaan beroperasi.
·
Shared Values. Pusat
interkoneksi dalam model McKinsey adalah: shared values/nilai bersama.
Merupakan dasar dan pedoman organisasi yang dipercayai dan dianut oleh anggota
organisasi.
·
Srategy. Rencana aokasi
sumber daya perusahaan yang langka dari waktu ke waktu, untuk mencapai tujuan
diidentifikasi.
·
Structure. Cara unit
organisasi berhubungan satu sama lain: terpusat, divisi fungsional (top-down);
terdesentralisasi; matriks, jaringan, holding, dll.
·
System. Prosedur, proses dan
rutinitas yang mencirikan betapa pentingnya pekerjaan yang harus dilakukan:
sistem keuangan; perekrutan, sistem promosi dan penilaian kinerja; sistem
informasi.
·
Staff. Jumlah dan jenis
personil dalam organisasi.
·
Style. Gaya budaya organisasi
dan bagaimana manajer-manajer kunci berperilaku dalam mencapai tujuan
organisasi.
·
Skill. Kemampuan khusus dari
personil atau organisasi secara keseluruhan.
c. Fungsi Budaya Organisasi (Riani,
2010 : 9)
Terdapat beberapa fungsi
budaya organisasi dari beberapa ahli. Namun pada bahasan kali ini, saya
mengambil pendapat dari Sunarto (2003) yang disebutkan bahwa budaya organisasi
mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
·
Pengikat Organisasi
Budaya organisasi
berfungsi sebagai pengikat seluruh komponen organisasi, terutama pada saat
organisasi menghadapi guncangan baik dari dalam maupun dari luar akibat adanya
perubahan.
·
Integrator
Budaya organisasi
merupakan alat untuk menyatukan beragam sifat, karakter, bakat, dan kemampuan
yang ada di dalam organisasi.
·
Identitas Organisasi
Budaya organisasi
merupakan salah satu identitas organisasi. Sebagai contoh adalah The Jakarta
Consulting Group. Logo yang di gunakan adalah orang memanah, yang melambangkan
ketepatan dan kecepatan. Artinya bahwa perusahaan ini memiliki identitas
sebagai perusahaan yang mengutamakan ketepatan dan kecepatan.
·
Energi untuk mencapai kinerja
yang tinggi
Berfungsi sebagai
suntikan energi untuk mencapai kinerja yang tinggi. Salah satu kredo yang
dipegang The Jakarta Consulting Group adalah bekerja dalam tim.
·
Ciri Kualitas
Budaya organisasi
merupakan representasi dari ciri kualitas yang berlaku dalam organisasi
tersebut.
·
Motivator
Budaya organisasi juga
merupakan pemberi semangat bagi para anggota organisasi. Organisasi yang kuat
akan menjadi motivator yang kuat juga bagi para anggotanya.
·
Pedoman gaya kepemimpinan
Adanya perubahan di
dalam suatu organisasi akan membawa pandangan baru tentang kepemimpinan.
Seorang pemimpin akan dikatakan berhasil apabila dapat membawa anggotanya
keluar dari krisis akibat perubahan yang terjadi. Sebaliknya, keberhasilan itu
tentu disebabkan ia memiliki visi dan misi yang kuat.
·
Value Enhancer
Salah satu fungsi
organisasi adalah untuk meningkatkan nilai dari stakeholders-nya, yaitu anggota
organisasi, pelanggan, pemasok dan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan
organisasi.
d. Proses Budaya Organisasi (Riani,
2010 : 17)
1. Proses terbentuknya budaya organisasi
Untuk membentuk budaya
organisasi, prosesnya dimulai dari tahap pembentukan ide dan diikuti oleh
lahirnya organisasi. Meski pada tahap pembentukan ide organisasi tersebut belum
menjadi kenyataan atau ada wujudnya secara fisik, tahap ini menjadi dasar
terbentuknya budaya organisasi. Pada saat para pendiri organisasi memiliki ide
untuk mendirikan organisasi, maka budaya organisasi pasti akan ikut terpikirkan
meskipun masih secara eksplisit. Budaya organisasi baru menjadi kenyataan ketika
organisasi sudah benar-benar berdiri. Dapat dikatakan bahwa ketika organisasi
berdiri, pembentukan budaya organisasi pun ikut dimulai.hal ini dijelaskan oleh
Schein (1985) yang menyatakan bahwa pembentukan budaya organisasi tidak bisa
dipisahkan dari peran para pendiri organisasi. Prosesnya mengikuti alur
berikut:
a.
Para pendiri dan pimpinan lainnya membawa serta satu set asumsi dasar,
nilai-nilai, perspektif, artefak ke dalam organisasidan menanamkannya kepada
karyawan.
b.
Budaya muncul ketika para anggota berinteraksi satu sama lain untuk memecahkan
masalah-masalah pokok organisasi yakni masalah integrasi internal dan adaptasi
eksternal.
c.
Secara perorangan, masing-masing anggota organisasi boleh menjadi seorang
pencipta budaya baru (culture creator) dengan mengembangkan berbagai cara untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan individual seperti persoalan identitas diri,
kontrol, dan pemenuhan kebutuhan serta bagaimana agar bisa diterima oleh
lingkungan organisasi yang diajarkan kepada generasi penerus.
Berikut ini adalah proses
terbentuknya budaya organisasi menurut Robbins (2001):
Dari gambar di atas, dapat
dilihat bahwa budaya organisasi diturunkan dari filsafat pendirinya, kemudian
budaya ini sangat mempengaruhi kriteria yang digunakan dalam
merekrut/mempekerjakan anggota organisasi. Tindakan dari manajemen puncak
menentukan iklim umum dari perilaku yang dapat diterima baik dan yang tidak.
Tingkat kesuksesan dala mensosialisasikan budaya organisasi tergantung pada
kecocokan nilai-nilai karyawan baru dengan nilai-nilai organisasi dalam proses
seleksi maupun pada preferensi manajemen puncak akan metode-metode sosialisasi.
2. Proses mempertahankan budaya
organisasi
Simma Lieberman
menjelaskan langkah-langkah untuk mempertahankan sebuah budaya yang mampu
melewati pertumbuhan dan peubahan, seperti berikut ini:
- Mendefinisikan budaya dan apa bedanya dari konsep lainnya.
- Mengembangkan sebuah rencana strategis untuk menerapkan budaya.
- Manajemen puncak harus mengimplementasikan budaya organisasi dalam setiap hal yang dilakukan: perekrutan, penggajian, tunjangan dan intensuf, pembentukan lingkungan organisasi dan pemasaran.
- Memastikan bahwa para anggota organisasi mereka dan bahwa mereka ikut terlibat di dalamnya.
- Memiliki anggota berpengalaman yag bermanfaat untuk melatih anggota baru dan mengembangkan sebuah sistem di mana anggota baru dapat mempelajari parameter dari budaya yang tertulis dan tidak tertulis.
- Secara rutin mengevaluasi kemajuan dan kesuksesan seiring dengan pertumbuhan organisasi.
- Selalu terbuka terhadap perubahan dan pastikan bahwa anggota organisasi tahu terhadap perubahan yang dilakukan dan apa untungnya bagi mereka.
3. Proses mengubah budaya organisasi
Ada tiga langkah penting
yang dilakukan dalam perubahan budaya organisasi. Pertama, sebelum organisasi
bisa merubah budayanya, pertama harus memahami budaya yang ada. Kedua,
pikirkanlah bentuk organisasi Anda dimasa datang, dan putuskan bagaimana budaya
organisasi bisa mendukung kesuksesan. Visi apa yang dimiliki organisasi untuk
masa depannya dan bagaimana seharusnya perubahan budaya bisa mendukung
pemenuhan visi tersebut? Ketiga, individu dalam organisasi harus memutuskan
untuk merubah perilaku mereka untuk menciptakan budaya organisasi yang
diinginkan. Ini adalah langkah tersulit dalam perubahan budaya.
HIPOTESIS
Dari penjabaran
di atas, ada hubungan antara komunikasi dengan budaya organisasi. Pada
dasarnya, sebuah budaya organisasi terbentuk dari sebuah ide dan diikuti oleh
lahirnya organisasi. Atau dapat juga muncul ketika para anggota berinteraksi
satu sama lain untuk memecahkan masalah-masalah pokok organisasi yakni masalah
integrasi internal dan adaptasi eksternal. Untuk menuangkan ide atau memecahkan
masalah-masalah pokok organisasi, dibutuhkan sebuah komunikasi yang baik dari
seorang komunikator kepada komunikan agar saat pembentukan budaya organisasi,
para pendengar (komunikan) dapat mencerna perkataan atau ide yang diberikan
komunikator dengan baik dan terciptalah sebuah budaya organisasi yang baik dari
rundingan atau komunikasi kelompok yang di lakukan. Tanpa adanya komunikasi
yang baik, mungkin sebuah budaya organisasi tak akan tercipta dengan baik.
Komunikasi di sini tak hanya berbentuk lisan, namun dapat juga dengan sikap
seorang pimpinan kepada pegawai dan sebagainya.
◦◦♪
Sekian ♪◦◦
Daftar pustaka:
Effendy, Onong Uchjana. 1986. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Riani, Asri Laksmi. 2010. Budaya Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Effendy, Onong Uchjana. 1986. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Riani, Asri Laksmi. 2010. Budaya Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Hubungan Antara Komunikasi Dengan Budaya Organisasi >>>>> Download Now
ReplyDelete>>>>> Download Full
Hubungan Antara Komunikasi Dengan Budaya Organisasi >>>>> Download LINK
>>>>> Download Now
Hubungan Antara Komunikasi Dengan Budaya Organisasi >>>>> Download Full
>>>>> Download LINK Oa