Kendala Komunikasi Misunderstanding Pesan Lingustik
KENDALA
PSIKOLOGI PESAN LINGUISTIK: MISUNDERSTANDING KOMUNIKASI PESAN LINGUISTIK
I.PENDAHULUAN
Komunikasi adalah istilah yang begitu
populer dewasa ini. Media massa, buku, kelompok diskusi, pelatihan, lokakarya,
seminar dan sebagainya membahas komunikasi. Manusia modern diberondong oleh
pesan-pesan komunikasi dari berbagai jurusan, baik secara terang-terangan,
ataupun secara halus, baik secara verbal ataupun non-verbal. Dan ketika kita
berbicara tentang komunikasi berarti kita pun berbicara tentang bahasa. Sejarah
umat manusia di muka bumi ini telah mencatat bahwa tidak ada satu bangsa pun
yang tidak mempunyai bahasa. Karena tidak mungkin ada sekelompok manusia dari
suatu bangsa tertentu yang tidak memiliki bahasa dalam pergaulan mereka. Hanya dengan
bahasalah manusia berkomunikasi dan dan mempertukarkan pikiran, perasaaan,
menerima dan memahami perbuatan satu sama lain.
Bahasa merupakan suatu bagian yang
sangat esansial dari manusia untuk menyatakan dirinya maupun tentang dunia yang
nyata. Adalah keyakinan yang naif kalau kita menyederhanakan fungsi bahasa yang
seolah-olah hanya menjadi alat untuk menggambarkan pikiran dan perasaan saja.
Yang lebih penting dari bahasa adalah bagaimana memaknakan simbol atau tanda
yang telah diorganisasikian dalam sistem kebahasaan.
Pada hakikatnya bahasa berhubungan
langsung dengan persepsi manusia dan menggambarkan bagaimana ia menciptakan
dunia dan mewarnainya dengan simbol-simbol yang digunakannya. Apa yang
diakatakan seseorang, bagaimana cara mengatakan atau mengucapkanya sangat
dipengaruhi oleh apa yang dilihatnya dalam dunia nyata. Dan tidak sedikit
kesalahan-kesalan dalam penangkapan makna dalam bahasa yang diucapkan.
II. PEMBAHASAN
- Psikologi Pesan
Goerge A.
Miller, profesor psikolinguistik dari Rockefeller University mengatakan bahwa,
“kini ada seperangkat perilaku yang dapat mengendalikan pikiran dan tindakan
orang lain secara perkasa. Teknik pengendalian ini dapat memyebabkan kita
melakukan sesautu yang tidak terbayangkan. Kita tidak dapat melakukanya tanpa
adanya teknik ini itu. Teknik ini dapat mengubah pendapat dan keyakinan, dapat
digunakan untuk menipu, dapat membuat sedih dan genbira, dapat memasukkan
gagasan baru ke dalam kepala, dapat memnuat kita mengimgankan sesautu yang
tidak kiat meliki. Kita pun dapat menggunakannya untuk mengendalikan diri
sendiri. Teknik ini adalah alat luar biasa perkasanya dan dapat digunakan untuk
apa saja”.
Teknik ini pengendalian prilaku orang
lain ini lazim disebut bahsa. Dengan bahasa, yang merupak kupulan kata-kata, kita
dapat mengukur perilaku orang lain. Bahasa pun mempunyai kekuatan, kekuatan kata-kata, the power
of words. Mungkin inilah yang membedakan kiota dari binatang. Kitab suci
al-Quran menyebutkan penciptaan manusia dengan mengatakan, “Dia mensiptakan
manusian mengajarkannya pandai berbicara.” (55 : 2-3)
Manusia mengucapkan kata-kata dan
kalimat dengan cara-cara tertentu. Setiap cara berkata memberikan maksud
tersendiri. Cara-cara ini kita sebut pesan paralinguistik dan dalam praktiknya
kita akan menemui kesalahahpemahaman.
- Pesan Linguistik
Ada dua cara
untuk mendefinisikan bahasa: fungsional dan formal. Derinisi fungsional melihat
bahsa dari segi fungsinya, sehingga bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki
bersama untuk mengungkapkan gagasan, karena bahasa hanya dapat dipahami bila
ada kesepakatan di anatara anggota-angggota kelompok sosial untuk
menggunakanya. Kata-kata, seperti yang kita ketahui diberi arti semaunya
oleh-oleh kelompok-kelompok sosial.
Sedangkan
definisi formal bahasa adalah sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang
dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan
bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkai supaya memberikan arti.
- Beberapa Masalah dalam Komunikasi Pesan Linguistik
Semua
komunikasi dapat dilihat dalam proses pertukaran pesan dari pengirim kepada
penerima. Yang menetukan adalah bagaimana isi pesan karena yang dipindahkan
adalah pesan bukanlah makna.
Ada beberapa
masalah dalam komunikasi pesan linguistik atau komunikasi verbal seperti dikatakan
Berger dan Bradac (1982) yaitu: (1) polarisasi; (2) orientasi; (3) intensional;
(4) prinsip kesemuan; (5) evaluasi yang statis (6) indiskriminasi.
- Polarisasi
Polarisasi
adalah kecenderungan melihat suatu dunia dan menggambarkanya dalam suatu
batasan yang ekstrim misalnya baik dan buruk, posituf dan negatif, kaya dan
miskin. Dalam polarisasi berlaku penilaian dikotomi dimana arti satu kata
dengan yang laninya berlainnya. Di antara kedua hal yang ekstrim itu ada satu
titik yang berada diantaranya yang kadang-kadang dianggap netral, misalnya
tidak kaya tidak juga miskin atau cukup kaya. Dalam kenyataannya orang
disodorkan untuk memilih suatu obyek, manusia, peristiwa secara bipolar.
Kata dalam
pesan komunikasi verbal sering mempengaruhi pilihan orang bipolar yang membuat
orang ragu-ragu menempatkan diri sehingga memilih di antaranya saja. Hal ini
sebenarnya dikaitkan dengan penentuan sikap pilihan kata antara ekstrim itu.
- Orientasi Intensional
Ada suatu
kecenderungan untuk memandang objek, orang, atau peristiwa pada namanya bukan
pada aktualitas kehadiran atau pada isinya. Orientasi intensionla terjadi
manakala kita sering bertindak atau bersaki kalau suatu ’kata’ atau label,
istilah yang ditampilkan oleh objek, orang, peristiwa. Kita kembali pada contoh
melihat suatu peta mungkin lebih penting dari pada wilayahnya. Kita lebih
percaya pada siapa yang mengtakan daripada apa yang dikatakannya. Kita mungkin
menjadi takut pada kata ‘anjing’ dari pada anjingnya sendiri. Jadi yang kita
lihat adalah daya tarik luar seseorang, objek, atau peristiwa bukan pada
hal-hal yang lebih mendasar di balik orang, objek, ataupun peristiwa itu.
Setiap hari
kita sering menghadapi masalah komunikasi seperti ini. Kita melupakan apa yang
diucapkan seorang karenma lebih suka bertanya siapa yang menyatakanya. Hal
demikian sangat mempengaruhi prasangka sosial terhadap orang sebelum
berkomunikasi.
Dalam konteks
dakwah, hal ini sering terjadi, misalnya mad’u atau komunikan akan lebih
memilih mendengarkan ceramah dari seorang da’i atau komunikator kondang
daripada da’i yang namanya belum terkenal atau belum pernah muncul di media
khususnya televisi.
- Bingung dalam Menyimpulkan Suatu Fakta
Menurut Hewit
(1976) dalam komunikasi verbal atau pesan linguistik kita dapat menyatakan
sesautu yang tidak dapat diamati.
Perhatiakn
contoh kalimat di bawah ini: (a) ia mengenakan baju betwarna hitam; (b) ia
kelihatanya teguh pendirian.
Sepintas lalu
stuktur kalimatnya sama, namun ada bagian yang janggal, baju hitam bisa
langsung mengacu pada objek yang dapat diamati; sedangkan teguh pendirian
nerupakan sesuatu yang bukan benda tetapi hanya bisa diamati dari perilaku
verbal. Yang satu verbal teramati yang lainnya verbal tidak teramati.
Kadang-kadang pertanyaan seperti ini mengundang kesulitan dimana kita bingung
menarik suatu kesimpulan atas suatu fakta.
Dapat
disimpulkan, pernyataan faktual bersifat tetap, tidak bisa berubah, polanya
berdasarkan fakta yang tidak bisa dirombak lagi. Sedangkan pernyataan
inferensial dalam ungkapan yang verbal lisan maupun tulisan merupakan sesautu
pernyataan yang bersifat sementara.
- Kesemuan
Ada satu
masalah dalam komunikasi verbal adalah masalah allness atau kesemuan. Manusia
menghadapi perbagai masalah di atas dunia, kompleksitas masalahnya tinggi
sehingga kita tidak bisa mengatakan bahwa seseorang tahu semua. Kita hanya
akaan berpikiur serius kalau hal yang dipikirkan itu benar-benar diketahui.
Kita bisa mengetahui, mengenal seseorang tetapi tidak semua hal mengenai orang
itu. Meskipun demikian kita seringkali menarik kesimpulan terhadap suatu
masalah hanya setelah kita membaca, mendengar ucapan satu kata dari seseorang,
atau tenyang suatu objek maupun peristiwa, termasuk generalisasi atas sesautu
yang hanya berdasarkan penglihatn sepintas saja.
- Evaluasi yang Statis
Contoh evaluasi
yang bersifat statis dapat dilihat dalam komunikasi verbal bahasa Inggris.
Untuk mengevaluasi suatu konsep yang berkaitan dengan objek maka dalam bahasa
Inggris sifat statis langsung terlihat dalam perubahan waktu. Hal ini tidak
terlihat dalam bahasa Indonesia. Mengapa waktu dalam bahasa iggris menentukan
pengelompokan suatu makna kalimat yang ada hubungannya dengan masa lalu,
sekarang dan masa yang akan datang. Karena sistem kata kerja dalam bahasa
Inggris harus dibentuk dengan cara yang sama sekali tidak boleh tidak
memperhatikan waktu (yang dalam komunikasi disebut konteks).
TS Eliot dalam
bukunya The Cooktail Party, berkata bahwa “apa yang kita ketahui tentang
orang lain hanya sekedar merupakan ingatan kita yang terkurung oleh dimensi
ruang dan waktu ke waktu. Setiap pertemuan dengan orang lain sebenarnya
merupakan pertemuan dengan orang baru yang menurut perubahan disposisi kita”.
- Sikap Indiskriminasi
De Vito (1978)
mengemukakan secara alamiyah kita melihat banyak hal di atas muka bumi ini sama
saja. Pedahal segala sesautu mempunyai keunikan yang belum tentu disukai setiap
orang. Bagaimanapun juga bahasa kita membuktikan bahwa dengan pelbagai kata
benda sama, misalnya guru, mahasiswa, kawan, musuh, perang, politikus,
mengandunmg arti yang berbeda. Beberapa kata benda begitu diubah bentuknya
mengandung arti yang lain.
Kesalahpahaman
dalam konunikasi verbal semakin diperuncing dengan adanya perbedaan makna pada
setiap kata. Konsep makna telah menarik perhatian komunikasi, psikologi,
sosiologi, anthropologi, dan linguistik. Selama lebih dari 2000 tahun, kata
Fisher (1978: 250), konsep makna telah memukau para filsuf dan sarjana-sarjana
sosial. Begitu banyak orang mengulas makna sehingga makna kehilangan maknanya.
Brodbeck,
seorang filisuf, membagi makna dalam tiga macam, yaitu, pertama adalah makna
inferensial, yakni makna satu kata (lambang) adalah objek, pikiran, gagasan,
konsep yang dirujukan oleh kata tersebut. Dalam uraian Odgen dan Ricard, peoses
pemberian makan terjadi ketika kita menghubungkan lambang dengan yang
ditunjukan lambang (disebut rujukan atau referent). Satu lambang dapat
menunjukan banyak rujukan. “Jari-jari” dapat menunjukan setengah diameter,
bagian dari roda sepeda atau bagian tangan.
Makna yang
kedua menunjukan arti (significance) suatu istilah sejauh dihubungkan dengan
konsep-konsep yang lain. Fisher memberi contoh dengan kata phlogiston.
Kata ini dahulu dipakai untuk menjelaskan proses pembakaran. Benda bernyala
karena ada phlogiston. Kini, setelah ditenukan oksigen, phlogiston
tidak berarti lagi.
Makna yang
ketiga adalah makan intensional, yakni makna yang dimaksud oleh seorang pemakai
lambang. Makna ini dapat divalidasi secara empiris atau dicarikan rujukan.
Makna ini terdapat pada pikiran orang, hanya dimiliki dirinya saja.
DAFTAR PUSTAKA
· Tubbs, Stewart L. Moss, Sylvia. Human Communication, Konteks-Konteks
Komunikasi. 1996. Bandung: Rosdakarya. · Jalaluddin, Rakhmat. Psikologi Komunikasi. 2005. Bandung: Rosdakarya.
· Alo, Liliweri. Komunikasi Verbal dan Non Verbal. 1994. Bandung: Citra Aditya
· Deddy, Mulyana. Komunikasi Populer. 2004. Bandung: Bani Quraisy.
Kendala Komunikasi Misunderstanding Pesan Lingustik >>>>> Download Now
ReplyDelete>>>>> Download Full
Kendala Komunikasi Misunderstanding Pesan Lingustik >>>>> Download LINK
>>>>> Download Now
Kendala Komunikasi Misunderstanding Pesan Lingustik >>>>> Download Full
>>>>> Download LINK Vm